Pengajaran Silek di Sekolah Lestarikan Budaya dan Bentuk Karakter Siswa
Sekolah-sekolah di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sejak dua tahun terakhir memasukkan silek atau silat tradisi sebagai ekstrakurikuler ataupun materi pelajaran. Pengajaran silek di sekolah dinilai efektif melestarikan nilai-nilai luhur yang terdapat silek sekaligus mendukung pendidikan karakter.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
AGAM, KOMPAS -- Sekolah-sekolah di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sejak dua tahun terakhir memasukkan silek atau silat tradisi sebagai ekstrakurikuler ataupun materi pelajaran. Pengajaran silek di sekolah dinilai efektif melestarikan nilai-nilai luhur yang terdapat silek sekaligus mendukung pendidikan karakter.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam Isra, Kamis (29/8/2019) di Agam, mengatakan, pengajaran silek berlangsung di seluruh tingkatan, mulai dari SD hingga SMA. Silek menjadi ekstrakurikuler wajib di setiap sekolah. Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, silek juga diintegrasikan ke dalam pelajaran seni budaya.
"Silek tidak hanya bela diri dan pertunjukan, tetapi juga berintikan pembentukan karakter. Pengajaran silek di sekolah sangat relevan dengan program pemerintah pusat terkait revolusi mental melalui penguatan pendidikan karakter di sekolah," kata Isra di sela-sela pembukaan Silek Art Festival di Agam yang berlangsung 29-31 Agustus 2019.
Pengajaran silek di sekolah sangat relevan dengan program pemerintah pusat terkait revolusi mental melalui penguatan pendidikan karakter di sekolah.
Menurut Isra, selama dua tahun pelaksanaan, motivasi siswa belajar silek di sekolah sangat tinggi. Perhatian kaum muda terhadap silek semakin baik. Para pesilek tingkat pelajar turut berpartisipasi dan berprestasi dalam berbagai festival ataupun perlombaan silek tradisi.
Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Kabupaten Agam Martias Wanto di Agam, mengatakan, masuknya pengajaran silek ke sekolah turut berkontribusi dalam menggairahkan dunia silek di Agam. Jumlah pesilek di Agam terus bertambah, terlihat dari terus bertumbuhnya jumlah sasaran atau tempat latihan.
"Saat ini terdapat 135 sasaran yang aktif dan telah diresmikan. Rata-rata setiap nagari (desa) hampir punya dua sasaran," kata Martias, yang juga Sekretaris Daerah Kabupaten Agam.
Program silek masuk sekolah, kata Martias, juga positif terhadap pembentukan karakter siswa. Sejak silek menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah, tawuran antarpelajar di Kabupaten Agam hampir tidak pernah lagi terjadi. Pelajar yang belajar silat telah mendapat ilmu dari sasaran masing-masing dan menjalin silaturahmi antarpesilek sehingga tidak mudah terpancing isu-isu provokatif.
Kurikulum silek
Menurut Martias, silek di sekolah diajarkan oleh tuo-tuo atau guru besar silek dari berbagai tempat latihan di Agam. Agar pembelajarannya terarah, sekolah ataupun tempat latihan di Agam sudah punya kurikulum silek. Kurikulum disusun para tuo-tuo silek berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Agam.
Martias mengklaim, kurikulum silek di Agam adalah yang pertama kali di Sumbar. Kurikulum memuat pokok-pokok dasar silek. Adapun untuk pengembangannya, diserahkan kepada sasaran seusai aliran masing-masing. Dengan demikian, keberagaman aliran silek di Agam tetap terpelihara.
"Sasaran punya kebebasan mengajarkan silek di sekolah sesuai aliran masing-masing. Keberagaman aliran silek terjaga. Tidak hanya aliran silek tuo, tetapi juga silek taralak, silek balam, silek harimau, silek balango, dan lain sebagainya," ujar Martias.
Wakil Bupati Agam Trinda Farhan Satria mengatakan, selain melalui sekolah, pelestarian silek juga dilakukan dengan menggerakkan kembali sasaran silek di tingkat nagari. Hal itu merupakan bagian dari gerakan nagari madani yang mulai diadakan pemerintah kabupaten sejak 2017.
"(Dalam nagari madani), setiap nagari harus punya sanggar seni, salah satunya sasaran silek. Perkembangan sekarang, hampir setiap nagari, yang awalnya tidak ada sasaran, sekarang mulai tumbuh, bahkan sampai ke tingkat jorong (kampung)," kata Trinda.
Menurut Trinda, dalam mengaktifkan ataupun membentuk sasaran silek, setiap nagari mengadakan anggaran dari dana nagari (desa). Hal itu memungkinkan karena gerakan nagari madani diatur melalui peraturan bupati sebagai payung hukum penganggaran.
Adapun pemerintah kabupaten, kata Trinda, mendukung nagari dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Agar pesilek dan sasaran bergairah, pemerintah juga sering mengadakan berbagai kegiatan yang menampilkan silek dan seni tradisi lain yang berkaitan dengan silek, termasuk Silek Art Festival 2019.