KEDIRI, KOMPAS - Kepolisian Resor Kota Kediri, Jawa Timur, menangkap 53 suporter tim sepak bola PSIM Yogyakarta guna penyelidikan terkait bentrok antarsuporter dan perusakan fasilitas umum seusai pertandingan antara PSIM dan tim tuan rumah, Persik Kediri, Senin (2/9/2019) malam. Polisi mendapati senjata tajam dan molotov yang mengindikasikan keributan sudah direncanakan sebelumnya.
Keributan itu terjadi seusai laga lanjutan Liga II yang berlangsung di Stadion Brawijaya Kediri. Dalam laga itu Persik Kediri unggul 2-0 atas PSIM Yogyakarta.
Hasil pendataan pihak kepolisian, tercatat lima mobil rusak, tiga di antaranya terguling. Selain itu, 231 unit sepeda motor yang sedang terparkir di Taman Tirtoyoso, sebelah utara stadion, rusak ringan hingga berat.
Lima mobil rusak, tiga di antaranya terguling. Selain itu, 231 unit sepeda motor yang sedang terparkir di Taman Tirtoyoso, sebelah utara stadion, rusak ringan hingga berat.
Bentrok juga mengakibatkan 26 orang terluka akibat saling lempar. Dari jumlah tersebut 14 orang di antaranya merupakan pendukung PSIM. Empat orang dirawat di RS Bhayangkara Kediri dan 10 orang di RS Gambiran Kediri.
Adapun sembilan orang pendukung Persik Kediri terluka. Delapan orang dirawat di RS Bhayangkara dan satu orang di RS Baptis Kediri. Dari pihak aparat, tiga orang luka ringan. Semua korban luka sudah kembali ke rumah masing-masing.
Kepala Polres Kota Kediri Ajun Komisaris Besar Anthon Hariyadi, Selasa (3/9/2019), mengatakan, bentrokan dipicu oleh hasil pertandingan. “Ada rasa tidak puas hingga akhirnya terjadi saling lempar. Dan yang terjadi, (suporter) PSIM berada di kawasan Taman Tirtoyoso. Akibatnya terjadi perusakan taman hiburan,” katanya.
Sejumlah fasilitas di dalam Taman Tirtoyoso rusak atau hilang. Di antaranya, 6 unit CCTV rusak, 2 mesin kasir rusak, 2 unit komputer rusak, uang parkir di laci senilai Rp 1 juta hilang, dan tembok selatan stadion jebol. Sebanyak 20 rambu di taman, termasuk pagar kolam renang, dan warung di sisi utara juga terbakar.
Menurut Anthon, pihaknya juga menemukan sejumlah benda berbahaya, seperti senjata tajam dan molotov. Benda itu ditemukan di dalam kendaraan yang dipakai suporter maupun yang sudah dibuang keluar. Melihat benda-benda ini, ada indikasi aksi telah direncanakan sebelumnya.
“Melihat alat-alat ini, sepertinya aksi sudah direncanakan. Semua masih didalami. Untuk jumlah yang jadi tersangka pastinya ada, cuma kita masih melakukan penyelidikan,” kata Anthon.
Selanjutnya, menurut Anthon, pihaknya akan mengevaluasi perizinan pertandingan sepak bola di Kediri. Jika rawan ribut, sebaiknya pertandingan dilaksanakan tanpa suporter.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyesalkan terjadinya bentrokan antarsupoter. Ia pun meminta kasus ini diproses hukum. Siapa saja yang terbukti bersalah harus dikenakan sanksi, termasuk kedua belah pihak.
Menurut Abu Bakar, kerusuhan antarsuporter sepak bola sering berulang di Indonesia. Hal ini semestinya menjadi perhatian PSSI. Mereka harus mendalami peristiwa ini.
“Ini pertandingan, harusnya bersenang-senang. Legowo saja, tidak usah pakai perusakan karena itu merugikan orang lain. Dewasalah orang-orang yang suka bola,” ujarnya.