Sebanyak 189 desa di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, saat ini sudah tersambung jaringan serat optik. Infrastruktur telekomunikasi ini diharapkan bisa meningkatkan pelayanan kepada warga.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sebanyak 189 desa di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, saat ini sudah tersambung jaringan fiber optic atau serat optik. Infrastruktur telekomunikasi ini membuat seluruh layanan desa bisa dipantau dan terhubung dengan pusat pemerintahan kabupaten.
Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur dengan luas daerah mencapai 5.782 kilometer (km) persegi, lebih luas 2 km persegi daripada Pulau Bali. Kondisi ini membuat warga di pelosok kesulitan jika harus mengakses layanan di pusat pemerintahan. Pun demikian dengan tugas pengawasan yang harus dilakukan pemerintah kabupaten di setiap kantor desa.
Hari ini, semua desa di Banyuwangi yang berjumlah 189 sudah tersambung jaringan fiber optic.
”Bulan lalu masih 181 desa yang tersambung melalui jaringan fiber optic. Hari ini, semua desa di Banyuwangi yang berjumlah 189 sudah tersambung jaringan fiber optic,” ujar Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Banyuwangi Budi Santoso, Selasa (3/9/2019), di sela Festival Kampung Digital di Banyuwangi.
Desa terakhir yang tersambung ialah Desa Sarongan dan Desa Kandangan yang berada di Kecamatan Kandangan. Dua desa terluar di Banyuwangi itu berjarak 80-100 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Banyuwangi.
Budi mengatakan, pihaknya juga memasang kamera pemantau (CCTV) di setiap kantor desa yang terhubung dengan pusat kendali di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian serta di Kantor Bupati Banyuwangi. Dengan demikian, layanan di kantor desa bisa dipantau.
”Dengan adanya fasilitas tersebut, kami bisa memantau jika terjadi penumpukan di layanan desa. Layanan administrasi yang membutuhkan pengiriman dokumen kini juga bisa dilakukan secara daring,” ungkap Budi.
Tak hanya membantu layanan kependudukan, jaringan serat optik di kantor desa juga mengharuskan desa menyediakan layanan Wi-Fi (internet nirkabel) gratis di sana. Harapannya, akses informasi bagi warga semakin terbuka.
Budi mengatakan, akses Wi-Fi tersebut bisa dimanfaatkan oleh para pelajar untuk mencari bahan pelajaran sekolah. Para pemuda desa juga diharapkan memanfaatkan fasilitas tersebut untuk mempromosikan potensi desanya agar semakin dikenal secara luas.
Kepala Desa Sarongan Gunoto mengatakan, pihaknya bersyukur dengan adanya jaringan serat optik di desanya. Saat ini, pihaknya masih berupaya belajar mengoperasikan beraneka fasilitas secara daring agar manfaatnya dapat langsung dirasakan warga.
”Akhirnya desa kami sama seperti desa-desa lain di Banyuwangi. Walaupun kami desa paling ujung, warga kami tidak terlalu tertinggal. Kami masih harus banyak belajar supaya layanan administrasi kependudukan bisa lebih cepat dan mudah setelah adanya jaringan fiber optic ini,” ujarnya.
Gunoto mengatakan, sebenarnya desanya sudah memiliki fasilitas Wi-Fi. Namun, fasilitas tersebut belum menggunakan serat optik. Dengan serat optik, ia berharap jaringan dan akses internet di desanya lebih stabil dan cepat.
Perlahan, kami juga akan dampingi warga untuk masuk ke ekonomi digital.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mendorong warga agar memanfaatkan fasilitas tersebut untuk peningkatan ekonomi. Menurut dia, fasilitas tersebut bisa digunakan untuk promosi produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) warga.
”Produk UMKM bisa dipasarkan melalui media sosial, e-commerce, dan market place. Perlahan, kami juga akan dampingi warga untuk masuk ke ekonomi digital. Harapannya, tidak hanya desanya yang maju, tetapi masyarakatnya juga merasakan peningkatan kesejahteraan,” ujar Anas.