Ketiadaan Rumah Sakit Kurangi Minat Turis Asing ke Borobudur
Fasilitas publik yang belum optimal memengaruhi minat wisatawan asing berkunjung ke Candi Borobudur. Salah satu fasilitas penting tetapi tidak ada di kawasan candi adalah rumah sakit yang representatif.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Fasilitas publik yang belum optimal memengaruhi minat wisatawan asing berkunjung ke Candi Borobudur. Salah satu fasilitas penting tetapi tidak ada di kawasan candi adalah rumah sakit yang representatif.
Edi Sutrisno, pengusaha serta pemilik hotel dan rumah makan di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengatakan, keberadaan fasilitas rumah sakit menjadi hal utama yang kerap ditanyakan agen travel yang membawa rombongan turis asing.
Ketika kemudian diketahui tidak ada rumah sakit di kawasan Borobudur, beberapa rombongan turis dari negara tertentu langsung membatalkan rencana kunjungannya ke Borobudur.
”Bagi mereka, wisatawan dari mancanegara, fasilitas rumah sakit juga menjadi fasilitas yang tidak kalah penting dibandingkan dengan terminal, rumah makan, dan fasilitas lain,” ujar Edi, Rabu (4/9/2019).
Berdasarkan penuturan beberapa agen travel, sejumlah rombongan turis asing yang membatalkan kunjungan ke kawasan Borobudur antara lain turis dari Singapura, Taiwan, dan sejumlah negara Eropa. Dengan pembatalan kunjungan tersebut, para pelaku usaha, termasuk Edi, pada akhirnya juga urung mendapatkan keuntungan dari kunjungan wisatawan.
Kebanyakan rombongan turis yang mempersoalkan keberadaan rumah sakit adalah wisatawan berusia di atas 50 tahun. Mempertimbangkan usianya, rata-rata wisatawan tersebut sadar dan khawatir akan kondisi kesehatan dan risiko fatal yang mungkin terjadi, seperti serangan jantung yang membutuhkan pertolongan medis darurat.
”Mereka tidak mungkin tenang berwisata jika lama waktu menuju rumah sakit terdekat mencapai hingga 60 menit atau lebih,” ujarnya.
Selama ini, rumah sakit terdekat dengan kawasan Borobudur adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muntilan dan rumah sakit di Yogyakarta. Saat kondisi jalan macet, waktu tempuh ambulans ke rumah sakit itu bisa lebih dari satu jam.
General Manager Atria Hotel and Conference Magelang Chandra Irawan menyebutkan, demi meningkatkan kenyamanan berwisata di Magelang, termasuk di kawasan Borobudur, jumlah rumah sakit memang perlu ditambah.
Bukan memikirkan upaya pertolongan pertama, ketika itu polisi justru kebingungan, kecelakaan tersebut terjadi di wilayah mana dan menjadi kewenangan siapa.
Namun, sayangnya, menurut Chandra, persoalan ini sering kali tidak diperhatikan. Tidak hanya itu, faktor kesehatan dan keselamatan wisatawan asing juga sering kali diabaikan karena petugas di lapangan lebih memperhatikan hal-hal lain yang sebenarnya tidak penting.
”Pernah ada kecelakaan di perbatasan Kota dan Kabupaten Magelang, mengakibatkan tamu Atria Hotel, seorang wisatawan asal Perancis, terluka. Bukan memikirkan upaya pertolongan pertama, ketika itu polisi justru kebingungan, kecelakaan tersebut terjadi di wilayah mana dan menjadi kewenangan siapa,” tutur Chandra.
Masalah lain muncul karena sejumlah rumah sakit di Magelang penuh sehingga wisatawan terpaksa dilarikan ke Yogyakarta yang jaraknya lebih jauh.
Ahmad Munif, Human Resources Manager Amanjiwo Hotel di Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur, membenarkan, fasilitas rumah sakit menjadi hal penting yang kerap ditanyakan tamu dan pimpinan Amanjiwo.
”Keberadaan rumah sakit menjadi salah satu faktor yang mendukung kenyamanan berwisata dan tinggal di Borobudur,” ujarnya. Sekitar 80 persen tamu dan sebagian pimpinan di Amanjiwo Hotel adalah warga negara asing.
Munif menilai, kawasan Borobudur juga masih belum maksimal menarik minat kunjungan wisatawan asing karena kawasan tersebut sama sekali tidak memiliki jadwal rutin penyelenggaraan pentas kesenian ataupun hiburan yang dapat ditonton wisatawan.
Pihak Amanjiwo Hotel, menurut dia, terpaksa menyikapi kondisi tersebut dengan mengundang kelompok kesenian untuk pentas di hotel dan menghibur tamu. Namun, lanjutnya, hal itu sebenarnya tidak disukai mereka.
Tamu asing yang menginap di Amanjiwo Hotel sebenarnya lebih suka menonton langsung pertunjukan kesenian di desa-desa.
”Tamu asing yang menginap di Amanjiwo Hotel sebenarnya lebih suka menonton langsung pertunjukan kesenian di desa-desa,” ujarnya.
Gairah berwisata pun sulit muncul karena kawasan Borobudur tidak memiliki aktivitas hiburan apa pun pada malam hari.
Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso menyebutkan, semua masalah tersebut akan didiskusikan bersama dinas dan instansi terkait lain di Pemerintah Kabupaten Magelang. Dia meminta segenap pihak pemangku kepentingan pariwisata di Kabupaten Magelang mau membantu mendorong tingkat kunjungan wisatawan. Sebab, selama ini rata-rata lama tinggal wisatawan asing di Kabupaten Magelang hanya 1,2 hari. Angka ini jauh di bawah rata-rata lama tinggal wisatawan asing di Indonesia yang mencapai delapan hari.