Kapal Pelni per Agustus lalu telah menetapkan kebijakan "satu kursi, satu penumpang" yang semestinya membuat penumpang lebih nyaman.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — PT Pelayaran Nasional Indonesia atau Pelni (Persero) berencana berinvestasi pada digitalisasi sistem tiket kapal penumpang hingga tahun 2020. Hal tersebut bertujuan untuk memperbaiki sistem pendataan kapal penumpang, yang selama ini sebagian masih mengandalkan pencatatan manual.
Digitalisasi sistem dimulai dengan pengadaan mesin cetak tiket mandiri di 7 lokasi pelabuhan. Ada masing-masing 4 mesin cetak tiket mandiri dipasang di pelabuhan wilayah Jakarta, Makassar (Sulawesi Selatan), Ambon (Maluku), Medan (Sumatera Utara), Bitung (Sulawesi Utara), Surabaya (Jawa Timur), dan 2 mesin di Semarang (Jawa Tengah).
Wakil Presiden Bidang Pemasaran Angkutan Penumpang Kapal Penumpang dan Perintis PT Pelni (Persero) Sukendra di Makassar, Rabu (4/2019), malam, mengatakan, investasi untuk pengadaan mesin menghabiskan dana sekitar Rp 1 miliar. Tujuh lokasi ini baru sebagian dari rencana pengadaan di 52 lokasi pelabuhan.
"Kami ingin mengejar digitalisasi untuk 52 lokasi pelabuhan itu hingga tahun 2020 dengan kebutuhan dana yang diperkirakan sebesar Rp 10 miliar. Hal ini penting untuk memantau berapa penumpang yang naik kapal, serta mencegah penumpang gelap," kata Sukendra.
Pengadaan mesin cetak tiket mandiri akan bersanding dengan sistem penjualan daring yang dikelola Pelni sejak 2018. Sebagai lanskap dari rencana besar, langkah digitalisasi ini terhubung dengan sistem gerbang masuk ruang tunggu pelabuhan yang juga berkaitan dengan daftar manifes penumpang.
Sukendra menambahkan, sistem ini membuat koordinasi Pelni dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), sebagai pihak operator pelabuhan, juga akan lebih mudah. Pelindo akan dimudahkan karena saat penumpang memindai tiket di gerbang masuk ruang tunggu, data penumpang akan langsung tercatat secara digital.
Manajer Pemasaran Angkutan Penumpang Pelni Berryl A Insanul menuturkan, Pelni masih akan memantau penerapan sistem ini di 7 lokasi pelabuhan. Sebab, biaya terkait perawatan sistem di lokasi ini masih dihitung hingga setahun ke depan.
Sejumlah warga menilai sistem ini sangat membantu mereka. Petrus (38), warga Nusa Tenggara Timur, menilai sistem ini dapat membantu mengurangi antrean saat proses cap tiket.
"Saya pikir sangat membantu, apalagi saya sudah pakai aplikasi pemesanan tiket via daring. Saya harap nantinya tidak ada lagi antre," kata dia.
Pelayanan seperti bandara
Herino (22), warga Bali, berharap agar sistem tiket daring ini bisa memberi pilihan untuk posisi penumpang. Hal tersebut akan memberi keleluasaan bagi penumpang untuk menentukan pilihan lokasi di kapal.
Mengenai hal tersebut, Sukendra menuturkan, kapal penumpang Pelni per Agustus lalu telah menetapkan kebijakan "satu kursi, satu penumpang" yang semestinya membuat penumpang lebih nyaman. Fitur kemudahan tersebut nantinya akan berproses, terutama untuk sejumlah layanan daring.
"Ada peningkatan tren penumpang selama periode Januari-Agustus sekitar 39 persen. Dengan peningkatan ini, secara otomatis kami pun menginginkan kualitas layanan meningkat. Harapan saya, pelayanan pelabuhan dan di kapal bisa seperti di bandara," ujar Sukendra.