Daerah yang mengalami krisis air bersih akibat puncak musim kemarau di Kabupaten Malang, Jawa Timur, meluas.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Daerah yang mengalami krisis air bersih akibat puncak musim kemarau di Kabupaten Malang, Jawa Timur, meluas. Jika pada awal Agustus hanya ada dua desa di dua kecamatan yang mendapatkan bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, pada pekan kedua September ini sudah ada 10 desa di lima kecamatan yang mendapat bantuan air.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bambang Istiawan, Kamis (12/9/2019), mengatakan, bantuan air akan diberikan sampai musim hujan tiba, yang diperkirakan berlangsung mulai November. ”Bantuan air masih kami berikan, bahkan jumlah desanya bertambah,” ujarnya.
Kesepuluh desa yang mendapat bantuan air adalah Sumberagung, Klepu, Ringisari, Druju, dan Sitiarjo di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Kemudian, Desa Sumberejo dan Pagak di Kecamatan Pagak, Desa Karangkates di Kecamatan Sumberpucung, Desa Sumberoto di Kecamatan Donomulyo, serta Desa Jabung di Kecamatan Jabung.
Setiap desa mendapat bantuan 10.000-15.000 liter air yang diberikan dalam dua-tiga hari sekali sesuai kondisi dan ketersediaan air di wilayah setempat. Selain BPBD, bantuan air juga diberikan pihak swasta, termasuk Kepolisian Resor Malang.
Menurut Bambang, di luar 10 desa itu, ada pula delapan desa lain yang statusnya rawan krisis air bersih. Desa-desa tersebut umumnya berada di daerah pegunungan di Malang selatan dan utara.
Camat Sumbermanjing Wetan Agus Harianto mengatakan, kondisi sumber air banyak yang menyusut akibat lama tidak turun hujan. Sementara itu, tidak semua warga memiliki sumur sendiri lantaran kondisi air tanah yang cukup dalam. Akibatnya, sebagian warga harus membeli air saat kemarau tiba.
Di Sumbermanjing Wetan terdapat lima desa yang rawan krisis air dengan jumlah penduduk lebih dari 20.000 jiwa. ”Namanya sumbermanjing (sulit air dalam bahasa Jawa),” katanya.
Sementara itu, tampungan air di Waduk Sutami atau biasa disebut Waduk Karangkates di sisi barat Kabupaten Malang masih surplus 2 juta meter kubik dari rencana penggunaan. Data Perum Jasa Tirta I per 9 September, elevasi muka air waduk masih 265,45 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau lebih tinggi dari rencana 265,27 mdpl. Elevasi muka air terendah waduk adalah 259,97 mdpl.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan mengatakan, elevasi muka air waduk di Bendungan Sutami masih terkendali. Debit air yang dilepas ke hilir pada 9 September sebesar 51 meter kubik per detik. Angka ini lebih besar dari seharunya 50 meter kubik per detik.
”Total tampungan saat ini adalah 109 juta meter kubik dari rencana seharusnya 107 meter kubik. Ini menunjukkan masih ada surplus tampungan 2 juta meter kubik,” katanya.
Dari pengamatan Kompas di Dusun Kecopokan, Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, tanda penyusutan air belum sedrastis puncak kemarau tahun lalu (Oktober 2018). Nelayan masih beraktivitas seperti biasa meski bibir waduk mulai banyak dimanfaatkan untuk menanam palawija oleh petani setempat.