Pemerintah Kota Surabaya membangun 66 taman bacaan masyarakat baru selama 2019.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya membangun 66 taman bacaan masyarakat baru selama 2019. Penambahan taman bacaan masyarakat yang dibangun di tingkat Rukun Warga tersebut diharapkan bisa mendongkrak tingkat literasi masyarakat.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi, di Surabaya, Kamis (12/9/2019), mengatakan, pembangunan 66 taman bacaan masyarakat (TBM) diusulkan oleh warga melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan tahun 2019. Keberadaan 66 TBM tambahan tersebut akan melengkapi 467 TBM yang sudah dibangun hingga akhir 2018.
“Pembangunan 66 TBM dimulai sejak awal tahun dan ditargetkan selesai pada akhir Oktober sehingga pada akhir tahun jumlah TBM menjadi 533 unit,” katanya.
Musdiq mengatakan, di setiap TBM ada lebih dari 1.000 koleksi buku. Buku-buku tersebut terdiri dari beberapa jenis, antara lain buku pelajaran, buku cerita, dan buku tentang wirausaha. Warga bisa membaca atau meminjam buku tersebut secara gratis. Mereka bisa datang langsung ke TBM sejak pukul 13.00 hingga 16.00 yang lokasinya berada di tengah kawasan permukiman.
“Selain di TBM, warga bisa mengakses buku bacaan di perpustakaan di lebih dari 900 titik. Warga tidak perlu kesulitan untuk membaca buku,” katanya.
Musdiq menilai, koleksi buku di seluruh TBM dan perpustakaan di Surabaya yang mencapai sekitar 1 juta buku masih kurang. Terbatasnya koleksi buku di Surabaya itu membuat koleksi buku di setiap TBM berbeda. Ada beberapa buku yang hanya tersedia di satu TBM sehingga menyulitkan warga yang ingin membacanya.
Oleh sebab itu, warga yang ingin mencari buku kini bisa memanfaatkan fasilitas DILS (Digital Integrated Library System). Sistem ini memudahkan warga mengetahui lokasi buku karena bisa menelusurinya melalui sistem pencarian dalam jaringan. Sistem ini terkoneksi dengan seluruh TBM dan perpustakaan di Surabaya.
“Pencarian buku melalui laman dispusip.surabaya.go.id/dils/ itu bisa diakses melalui gawai. Setelah tahu lokasi bukunya, warga bisa langsung menuju TBM atau perpustakaan yang memiliki koleksi buku tersebut,” tuturnya.
Pemkot Surabaya, lanjut Musdiq, berkomitmen meningkatkan kualitas literasi dan menumbuhkan minat baca masyarakat. Selain dengan terus menambah jumlah TBM, fasilitas di tempat tersebut juga dilengkapi agar warga, terutama anak-anak, betah berlama-lama di TBM.
Selain bisa membaca dan meminjam buku, TMB menyediakan akses internet gratis. Pengunjung juga diberikan pelatihan, seperti mendongeng, menulis, dan bimbingan belajar. Hal itu agar fungsi TBM bisa lebih luas, yakni tempat masyarakat belajar, melakukan interaksi sosial, dan menyalurkan bakat.
“Sejak 2014, Surabaya mencanangkan sebagai kota literasi. Indeks literasi pada 2016 mencapai 60 persen dan diharapkan terus meningkat seiring semakin mudahnya mengakses TBM dan perpustakaan,” ucap Musdiq.
Pustakawan di TBM Pabean Cantikan, Iwan Wahyu, mengatakan, setiap hari tidak kurang dari 50 orang yang datang di TBM Pabean Cantikan. Mayoritas adalah anak-anak yang ingin mencari buku tentang dongeng dan pelajaran sekolah.
Mereka biasanya datang berkelompok sambil mengerjakan tugas dari sekolah. “Terkadang saya ikut membimbing siswa-siswa pengunjung TBM yang ingin mengerjakan tugas sekolah,” katanya.