Delapan Penerbangan dari Balikpapan Dibatalkan akibat Kabut Asap
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan mulai mengganggu sejumlah penerbangan ke utara Kalimantan Timur. Delapan penerbangan dari Balikpapan terpaksa dibatalkan akibat minimnya jarak pandang.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan mulai mengganggu sejumlah penerbangan ke utara Kalimantan Timur. Sebanyak delapan penerbangan dari Balikpapan terpaksa dibatalkan akibat minimnya jarak pandang.
Kabut asap menyelimuti Bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor, Kalimantan Utara; Bandara Kalimarau, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur; dan Bandara Melalan di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Jarak pandang yang kurang dari 1 kilometer di sekitar bandara tujuan membuat penerbangan dibatalkan demi keselamatan penerbangan.
”Sejak Jumat siang, ada delapan penerbangan dari empat maskapai yang dibatalkan akibat kabut asap,” kata Manajer Komunikasi dan Hukum PT Angkasa Pura I Bandara Sultan AMS Sepinggan Balikpapan Andanina Dyah Mega Permatasari ketika dihubungi, Sabtu (14/9/2019).
Akibatnya, sebanyak 517 penumpang dengan tujuan Kabupaten Berau, Tanjung Selor, dan Kutai Barat dibatalkan. Maskapai penerbangan yang membatalkan penerbangannya adalah Wings Air, Garuda, Sriwijaya Air, dan Lion Air. Pihak maskapai menawarkan pengembalian pembayaran dan penggantian jadwal. Beberapa penumpang membatalkan keberangkatan, beberapa yang lain mengambil penggantian jadwal penerbangan pada Sabtu sore dan Minggu (15/9/2019).
Pembatalan penerbangan juga terjadi di Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Samarinda. Salah seorang penumpang, Ari (33), mengatakan, penerbangan menuju Bandara Melalan, Kutai Barat, tak bisa diberangkatkan karena jarak pandang di Melalan tidak aman.
”Saya akhirnya memilih jalur darat siang tadi. Pihak maskapai tidak bisa memastikan kapan pesawat bisa diberangkatkan. Kalau lewat jalur darat, sekitar 9 jam. Jika melalui jalur udara, kurang dari 1 jam,” kata Ari.
Sebagian kabut asap merupakan kiriman yang berasal dari provinsi lain di Pulau Kalimantan yang mengalami kebakaran lahan dan hutan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana, kebakaran hutan dan lahan terbesar terjadi di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.
Rekapitulasi hingga akhir Agustus menunjukkan lebih dari 90.000 hektar hutan dan lahan terbakar di ketiga provinsi tersebut. Asap dari daerah itu terbawa angin menuju timur laut menuju Kaltim dan Kaltara. Selain asap kiriman, asap juga dipicu kebakaran dari beberapa wilayah Kaltim.
Kepala Seksi Pengendali Kerusakan dan Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Kaltim Shahar Al Haqq mengatakan, kebakaran hutan dan lahan terbesar di Kaltim masih bisa dikendalikan. Meski demikian, kebakaran hutan di Kabupaten Berau mencapai 300 hektar sejak awal September.
”Pemadaman terus diupayakan dengan kerja sama tim gabungan agar tidak melebar dan memperparah keadaan,” ujar Shahar.
Ibu kota baru
Sementara itu, kebakaran lahan di Kaltim terjadi di perbatasan Kelurahan Petung dan Desa Giri Purwa, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara. Lokasinya hanya berjarak sekitar 50 kilometer dari Kecamatan Sepaku, bakal lokasi ibu kota negara baru.
Lokasi kebakaran hanya berjarak sekitar 50 kilometer dari Kecamatan Sepaku, bakal lokasi ibu kota negara baru.
Kepala Sub-Bidang Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Penajam Paser Utara Nurlaila mengatakan, lahan gambut yang terbakar lebih dari 110 hektar sejak awal September. Selain cuaca, peralatan yang sedikit juga menjadi kendala pemadaman api.
”Tim tambahan dan satu mesin alkon tambahan datang dari Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim hari ini. Agar lebih efektif, tim disebar ke dua lokasi utama pemadaman,” ujar Nurlaila.
Selain tim tambahan, terdapat 210 tim gabungan dari BPBD Penajam Paser Utara, TNI, Polri, dan masyarakat. Mereka hanya menggunakan alat pemadam kebakaran dengan jumlah 20 mata semprot. Selain itu, tiga alat berat sudah dioperasikan untuk membuat jalur air dan penyekatan agar api tidak menjalar ke lahan lain.