Pasca-kebakaran, Senyum Ceria Kembali ke Panti Asuhan Nazareth Tomohon
Solidaritas lintas iman mengerakkan warga Tomohon di Sulawesi Utara untuk membantu asrama perempuan Panti Asuhan Nazareth Tomohon yang terbakar pada kamis (12/9/2019)
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
Abigail (9) seakan sudah lupa akan kesedihannya. Kamis (12/9/2019) malam, asrama perempuan Panti Asuhan Nazareth Tomohon, yang menjadi rumahnya, habis dilalap api. Namun, tangisnya kini telah menjadi tawa ceria seiring mengalirnya bantuan dari berbagai pihak. Solidaritas lintas iman khas Minahasa pun kembali menunjukkan kekuatannya.
”Kemarin kami semua menangis waktu kebakaran. Api menyebar cepat sekali. Anjing kami yang masih kecil hampir saja terbakar juga, tapi untung Alan (salah satu teman) cepat menariknya keluar asrama,” celoteh Abigail, Jumat (13/9/2019) siang di kompleks Panti Asuhan Nazareth, Matani Tiga, Kecamatan Tomohon Tengah, Tomohon, Sulawesi Utara.
Api mulai terlihat sekitar pukul 18.25 Wita di asrama khusus perempuan dua lantai tersebut. Gedung yang dihuni 14 pelajar SD hingga perguruan tinggi itu memiliki sebuah kamar tidur di lantai bawah dan dua kamar di lantai atas. Api tidak menyebar ke gedung yang dihuni 24 anak laki-laki.
Sisa kayu dan seng plafon, buku, baju, hingga rangka tempat tidur tingkat yang telah hangus tercecer di lantai atas. Kaca jendela pecah, begitu juga wadah-wadah makanan.
”Seragam, lemari baju, buku sekolah, sepatu, semuanya terbakar. Enggak sempat keluarkan barang-barang sama sekali. Akhirnya hari ini kami enggak masuk sekolah dulu,” kata Abigail yang duduk di kelas IV SD.
Di lantai bawah kerusakan tidak seberapa. Namun, aula olahraga yang baru saja dibangun di panti asuhan itu luluh lantak gara-gara si jago merah. Tidak ada anak panti asuhan yang menjadi korban jiwa maupun luka-luka.
Kendati begitu, belum 24 jam peristiwa naas itu terjadi, suasana Panti Asuhan Nazareth berubah ceria. Mengenakan kaus oranye yang sama, Abigail dan anak-anak penghuni panti lainnya berlarian ke sana kemari dan tertawa. Di aula panti, orang-orang dewasa duduk berdampingan, mengobrol sambil menyantap nasi kuning.
Kepala Panti Asuhan Nazareth Pendeta Susjane Kondoy tak henti-hentinya menerima tamu yang datang dengan mobil dan bahkan bus. Mereka membawa segala rupa bahan pangan. Kesedihan akibat gedung asrama yang terbakar pun terlupakan, berganti rasa haru karena penghiburan.
”Setelah kebakaran semalam, bantuan langsung datang dari Sinode GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa). Hari ini, ada bantuan dari beberapa yayasan. Bahkan, teman-teman yang Muslim juga datang memberi bantuan. Ini adalah bentuk cinta Tuhan yang luar biasa,” kata Susjane.
Siang itu, Susjane juga menyambut kedatangan beberapa anggota Ikatan Guru Aisyiah Bustanul Athfal (Igaba) yang diketuai Nella Paneo. Organisasi itu beranggotakan guru-guru dari enam sekolah Islam.
Nella mengatakan, Igaba sudah merencanakan kunjungan ke Panti Asuhan Nazareth untuk merayakan hari anak yatim yang jatuh pada 10 Muharram. Agenda tersebut tadinya akan dilaksanakan pada Kamis saat kebakaran terjadi, tetapi harus tertunda karena kegiatan lain guru-guru.
”Semalam, saya tahu dari Facebook bahwa ada kebakaran di sini. Makanya, kami langsung tetapkan berangkat hari ini. Kebetulan sekali, kami datang waktu Panti Asuhan Nazareth sedang sangat membutuhkan,” kata Nella.
Igaba menyumbangkan beberapa kantong beras, minyak goreng, telur, gula pasir, mi instan, teh, susu, sabun mandi dan cuci, serta sikat dan pasta gigi. Menurut Nella, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian bagi sesama.
”Memang, panti asuhan ini menganut agama yang berbeda. Tapi, yang kami lihat adalah rasa kebersamaan, kemanusiaan, dan toleransi,” katanya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Tomohon Toar Pandeiroth mengatakan, kunjungan dari Igaba mencerminkan solidaritas antarwarga yang tak memandang keimanan. ”Bantuan selalu cepat datang dari berbagai pihak,” katanya.
Pemerintah kota Tomohon juga memberikan bantuan melalui Susuripen Sports Club yang dibentuk oleh Wali Kota Tomohon Jimmy Eman. Total Rp 8 juta disumbangkan, berikut sandang serta pangan.
Akibat rokok
Kebakaran pada Kamis malam disebabkan bara puntung rokok yang tak mati sempurna terkena kasur. Perokok tersebut adalah Noldy Maswara (65). Meski tergolong lanjut usia (lansia), ia diberi kamar khusus di panti asuhan tersebut karena tak lagi memiliki keluarga.
”Pak Noldy ini tuli dan bisu. Semalam, ia merokok di kamar, lalu mungkin tertidur. Tiba-tiba bara api sudah ke mana-mana. Menyebarnya cepat karena angin kencang sekali,” kata kepala panti asuhan, Susjane.
Noldy juga tak lagi lancar berjalan. Akibatnya, ia terkena luka bakar di tangan, kaki, hingga wajahnya. Kini ia sedang dirawat di rumah sakit.
Susjane menyesalkan kejadian ini. Namun, ia menganggapnya sebagai kehendak Tuhan. ”Pokoknya kami harus lebih berhati-hati. Pak Noldy akan kami carikan tempat baru di panti lansia,” katanya.
Setelah kebakaran, anak-anak perempuan dipindahkan, sedangkan ke rumah kepala Dinas Pendidikan Tomohon. Mulai Jumat ini, mereka akan kembali ke asrama, tetapi tidur di ruangan lain.
Panti asuhan di bawah Yayasan Albertus ZR Wenas ini dihuni 14 siswa SD, 6 siswa SMP, 13 siswa SMK, dan 6 mahasiswa. Kini, mereka masih membutuhkan bantuan. ”Kerusakan gedung sekitar Rp 400 juta, tetapi akan diperbaiki yayasan dan Sinode GMIM. Tapi, kami masih butuh seragam, terutama untuk anak SMP dan SMA,” kata Susjane.
Susjane percaya ini adalah proses yang harus dilalui panti asuhan binaannya. Peristiwa ini akan membuat para penghuninya lebih dewasa. Ia juga mengatakan, datangnya bantuan menunjukkan bahwa kasih dan kebersamaan antarwarga masih sangat kuat.
Bagi anak-anak panti asuhan seperti Chico (9) dan Yohan (10), kebakaran tersebut mengajarkan banyak hal. ”Torang mesti lebih rajin berdoa supaya tidak kebakaran lagi. Selain itu, tidak boleh membiarkan barang-barang elektronik tertancap (di stop kontak) kalau tidak dipakai,” kata mereka.