Penyemprotan dari Udara Segera Dilakukan di Taman Nasional Gunung Merbabu
Balai Taman Nasional Gunung Merbabu mengajukan permintaan bantuan helikopter untuk membantu proses pemadaman kebakaran dengan cara penyemprotan melalui udara (water bombing).
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Balai Taman Nasional Gunung Merbabu mengajukan permintaan bantuan helikopter untuk membantu pemadaman kebakaran dengan cara penyemprotan melalui udara (water bombing). Bantuan sarana pendukung tersebut sangat dibutuhkan karena cara pemadaman, dalam beberapa hari terakhir, tidak lagi mampu memadamkan api kebakaran di Gunung Merbabu.
”Kami tidak mungkin terus memaksakan cara manual karena titik api banyak terdapat di jurang-jurang dan areal yang sangat curam dan sulit dijangkau,” ujar Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Junita Prajanti, Jumat (13/9/2019).
Semula, api pertama kali terlihat di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, pada Rabu (11/9/2019) malam. Kamis malam, api telah menjalar hingga Kecamatan Pakis, dan Jumat siang, api dengan cepat telah merambat hingga Kabupaten Boyolali dan Semarang.
Selama tiga hari tersebut, luas areal terbakar hingga Jumat pentang, terdata telah mencapai 225 hektar. Karena api belum juga dapat dikendalikan, luas areal terbakar tersebut kemungkinan akan bertambah.
Kami tidak mungkin terus memaksakan cara manual karena titik api banyak terdapat di jurang-jurang dan areal yang sangat curam dan sulit dijangkau.
Sembari menunggu bantuan helikopter, Junita mengatakan, pihaknya tetap berupaya memadamkan api secara manual. Di tiga kabupaten tersebut, jumlah personel yang membantu pemadaman sekitar 750 orang, yang merupakan gabungan dari TNI, polisi, sukarelawan, warga, dan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Upaya pemadaman dilakukan dengan melakukan cara gebyok, memukul-mukulkan ranting atau dahan ke api, serta dengan membut sekat bakar.
Kepala Resor Wonolelo Taman Nasional Gunung Merbabu Kurnia Adi Wirawan mengatakan, hingga Jumat siang, api masih sulit dikendalikan.
”Melihat api yang bisa menjalar dengan cepat, luas areal terbakar berpotensi terus meluas,” ujarnya.
Kurnia mengatakan, upaya pemadaman terkendala oleh kencangnya angin dan kondisi lokasi yang terbakar yang sulit dijangkau serta jauh. ”Untuk mencapai lokasi kebakaran, kami harus berjalan selama 3-4 jam,” ujarnya.
Areal terbakar berada pada lokasi sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpil).
Kurnia mengatakan, hingga saat ini, pihaknya belum mengetahui penyebab atau pemicu terjadinya api. Namun, mengacu pada pengalaman kebakaran sebelumnya, 95 persen penyebab kebakaran adalah faktor kelalaian manusia.
Mendukung logistik
Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, sejak Kamis (12/9/2019), BPBD mendirikan dapur umum untuk mendukung logistik bagi ratusan personel yang setiap hari terlibat dalam proses pemadaman.
BPBD juga terus mengirimkan personel untuk membantu pemadaman. Adapun peralatan yang dibawa setiap personel antara lain cangkul dan parang. Dua alat tersebut digunakan untuk membuat sekat bakar.
Pilih Suharyanto (43), anggota Organisasi Pengurangan Risiko Bencana (OPRB) Desa Banyuroto, mengatakan, setiap hari, ratusan warga dikerahkan untuk membantu pemadaman di Gunung Merbabu.
”Upaya pemadaman ini disadari menjadi upaya yang sangat penting untuk dilakukan untuk menyelamatkan sumber-sumber air yang ada di gunung,” ujarnya.
Menurut dia, di Gunung Merbabu terdapat sedikitnya 25 sumber air yang menyuplai kebutuhan air bagi sejumlah desa di Kecamatan Sawangan, termasuk Desa Banyuroto.
Upaya pemadaman ini disadari menjadi upaya yang sangat penting untuk dilakukan untuk menyelamatkan sumber-sumber air yang ada di gunung.
Pilih mengatakan, kebakaran yang berlangsung sejak Rabu lalu kemungkinan telah merusak ekosistem dan menghanguskan banyak vegetasi di kawasan hutan. Hal ini, menurut dia, terbukti karena banyak kera ekor panjang yang mulai turun gunung sejak Jumat pagi.