Perusahaan Rintisan Didorong Berkembang di Perdesaan
Potensi perekonomian perdesaan bisa diperkuat dengan pengembangan perusahaan rintisan atau ”start up”. Dengan teknologi digital, desa di seluruh Jawa Barat diharapkan bisa terkoneksi dengan perusahaan rintisan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Potensi perekonomian perdesaan bisa diperkuat dengan pengembangan perusahaan rintisan atau start up. Dengan teknologi digital, desa-desa di seluruh Jawa Barat diharapkan bisa terkoneksi dengan perusahaan rintisan yang mengangkat potensi lokal.
Dalam kegiatan ”Ignite The Nation” di Bandung, Minggu (15/9/2019), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen menumbuhkan perekonomian di perdesaan dengan memberikan akses kewirausahaan. Potensi di setiap daerah, seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata, diharapkan bisa mendunia dengan memanfaatkan teknologi digital.
Di depan sekitar 1.000 peserta dari generasi milenial dan generasi Z ini, Kamil menantang mereka untuk mau membangun desa dengan mendirikan perusahaan rintisan di setiap desa. Dia menilai, setiap desa mengharapkan ide dan partisipasi dari para perintis sehingga pembangunan bisa dilakukan bersama-sama. Pemberdayaan di perdesaan dengan membuka perusahaan rintisan juga bisa membuka lapangan kerja sehingga pemuda-pemuda bisa berkarya tanpa harus meninggalkan desa.
”Dengan didukung start up digital, desa di Indonesia akan mendunia. Pasti enak, penghasilan kota, tetapi tinggal di desa. Pemerintah berinisiatif untuk mewujudkan hal tersebut. Modalnya adalah keluar dari zona nyaman,” tutur Kamil.
Menurut Kamil, desa-desa di Jawa Barat sudah berkembang selama setahun terakhir. Dia memaparkan, dari 5.962 desa di Jawa Barat, 1.232 desa atau 23,19 persen di antaranya berstatus Desa Maju. Hal ini meningkat dari tahun lalu yang hanya 13 persen. Adapun untuk Desa Mandiri, jumlahnya meningkat dari 37 desa pada 2018 menjadi 98 desa pada 2019.
Selain itu, Kamil berkomitmen membangun kembali badan usaha milik desa (BUMDes). Pada 2019, sebanyak 596 BUMDes di Jabar telah aktif kembali dan 272 BUMDes baru terbentuk. Dia berharap, dengan program One Village One Company (Satu Desa Satu Perusahaan/OVOC), kebutuhan pasar dari desa dipenuhi dengan teknologi digital dari para perusahaan rintisan tersebut.
”Lihat potensi produk dan peluang pasar dulu, baru kita bisa tahu mau membuat perusahaan apa. Makanya, desa membutuhkan pemikir yang bisa membaca potensi,” ujarnya.
Untuk fasilitas koneksi internet sebagai dasar dari teknologi digital, Kamil menuturkan, pihaknya telah membangun infrastruktur berupa jaringan internet nirkabel atau Wi-Fi di 600 desa. Pemerintah menargetkan semua desa di Jawa Barat mendapatkan fasilitas ini sehingga kebutuhan pasar di setiap perusahaan bisa terpenuhi.
Koordinator Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital Bandung, Dyan R Helmi, menuturkan, para peserta terlihat antusias menyimak tantangan dari Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Dia berujar, perkembangan teknologi digital kini telah menghilangkan batas antara desa dan kota dalam hal peluang berwirausaha melalui perusahaan rintisan.
”Sekarang sudah tidak ada batasan desa atau kota, semua sama. Asalkan infrastruktur dibangun secara merata, semua bisa berwirausaha dengan menggunakan start up digital,” ujarnya.
Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak 2016 ini telah melahirkan 525 perusahaan rintisan baru. Dyan menuturkan, gerakan ini memfasilitasi pembinaan dalam membangun perusahaan rintisan.
”Kendalanya, tidak semua orang yang ikut bisa konsisten dengan motivasi dan semangatnya. Ada pula yang berhenti di tengah jalan. Kami berharap target 1.000 start up digital pada 2021 dapat diwujudkan,” ujar Dyan.