Kualitas udara di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, memasuki level berbahaya, Senin (17/9/2019) sore. Jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut melonjak. Puluhan penerbangan juga terganggu.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kualitas udara di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, memasuki level berbahaya, Senin (16/9/2019) sore. Jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut melonjak. Puluhan penerbangan dari dan menuju Pontianak juga terganggu karena jarak pandang di Bandara Internasional Supadio sempat hanya sejauh 150 meter.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pontianak, kualitas udara di Kota Pontianak, Senin (16/9/2019), sudah menyentuh level berbahaya sejak pukul 15.00. Angka PM10 mencapai 374,43 mikrogram per meter kubik. Pada pukul 16.00, angkanya semakin meningkat mencapai 387,67 mikrogram per meter kubik.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat Harisson, saat meninjau puskesmas di Pontianak Utara, mengatakan, jumlah penderita ISPA di Kalbar melonjak. Pada minggu keenam terdapat 4.637 kasus. Namun, pada minggu ke-37 sudah ada 6.000 kasus yang tersebar di 14 kabupaten/kota.
Harisson mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Kalaupun harus beraktivitas di luar rumah, mereka diminta menggunakan masker. Kemudian, jendela rumah juga diharapkan ditutup dengan kain basah. Dengan demikian, partikel debu dari kabut asap tidak masuk ke dalam rumah dan tertahan di kain tersebut.
”Kami juga sudah membagikan masker di jalan kepada warga,” katanya.
Kepala Puskesmas Telaga Biru di Pontianak Utara Sita Ayu Prabawati mengatakan, jumlah pasien ISPA di Puskesmas itu melonjak. Sepanjang September 2019, kasus ISPA mencapai 143 kasus atau tiga kali lipat lebih besar daripada biasanya.
”Penderita ISPA ini campuran, ada anak-anak dan orang dewasa. Jangankan mereka, kami saja yang petugas kesehatan di puskesmas ini ada yang terkena ISPA. Apalagi, masyarakat biasa. Pasien ISPA membeludak,” kata Sita.
Menurut Sita, hal itu terjadi karena dampak kabut asap. Selain itu, ada pula yang mengeluh mata perih. Puskesmas sudah bersiap sejak awal dalam menghadapi kabut asap. Kalau obat-obatan masih ada, kata Sita, hanya masker yang masih perlu tambahan.
Puluhan penerbangan terganggu
Kabut asap juga mengganggu puluhan penerbangan. Pelaksana Tugas Office in Charge Bandara Internasional Supadio, Pontianak, Didi Herdiansyah, Senin pagi, mengatakan, pada pukul 06.34, empat penerbangan masih ada yang bisa berangkat dari Bandara Supadio menuju Semarang, Sintang, dan Jakarta.
Akan tetapi, memasuki pukul 08.29, penerbangan mulai terganggu. Sebab, jarak pandang hanya 150 meter. Normalnya, jarak pandang berkisar 800-1.000 meter. Pukul 08.29-11.00 ada 24 penerbangan yang terganggu karena jarak pandang tidak memungkinkan.
Yudi Ilhamsyah (30), penumpang tujuan Jakarta, menuturkan, seharusnya berangkat Minggu (15/9). Namun, karena kabut asap, jadwal keberangkatan dipindahkan ke Selasa (17/9). ”Besok (Selasa) jadwal keberangkatan pukul 07.10. Mudah-mudahan tidak terganggu karena kabut asap lagi. Saya prihatin dengan hal ini dan berharap pemerintah segera bertindak tegas terhadap oknum pembakar lahan,” ujarnya.