Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menangkap peluang pertumbuhan minat terhadap gim daring seiring perkembangan teknologi. Untuk pertama kali, Festival Banyuwangi menggelar kompetisi olahraga elektronik atau e-sport.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menangkap peluang pertumbuhan minat terhadap gim daring seiring perkembangan teknologi. Untuk pertama kali, Festival Banyuwangi menggelar kompetisi olahraga elektronik atau e-sport.
Acara ini dilakukan sebagai bentuk pembibitan atlet-atlet e-sport. Ke depan diharapkan muncul atlet gim daring nasional dari Banyuwangi. Banyuwangi E-sport Competition digelar selama dua hari, Rabu-Kamis (18-19/9/2019), di Gedung Wanita Banyuwangi. Antusiasme remaja tampak dari jumlah peserta dan penonton yang memadati lokasi.
”Ada 300-an peserta dari tingkat SMA hingga mahasiswa yang berkompetisi. Pendaftarnya bisa lebih dari 800 orang. Namun, karena keterbatasan waktu dan tempat, kami adakan seleksi sebelum kompetisi ini dimulai,” ujar Kepala Dinas Informasi, Komunikasi, dan Persandian Kabupaten Banyuwangi Budi Santoso.
Budi mengatakan, kompetisi e-sport ini untuk mewadahi minat dan bakat generasi muda di Banyuwangi. Di era saat ini, e-sport telah menjadi tren dan hobi generasi milenial.
E-sport ini untuk mewadahi minat dan bakat generasi muda di Banyuwangi. Di era saat ini, e-sport telah menjadi tren dan hobi generasi milenial.
Para pemenang, lanjut Budi, diharapkan terus mengasah kemampuan dengan mengikuti ajang serupa di level lebih tinggi. Melalui acara ini, diharapkan ada pihak-pihak yang tertarik merekrut pemain untuk kemudian dibina menjadi atlet profesional.
”Kami memberikan wadah untuk menyalurkan bakat dan minat di bidang ini. Karena kita tidak dapat membendung tren yang terus berkembang, yang bisa dilakukan adalah mengarahkan agar tidak melampaui batas,” kata Budi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang turut meninjau pergelaran tersebut berharap lahir atlet-atlet e-sport dari Banyuwangi. Ia berharap hal itu akan semakin mengukuhkan Banyuwangi sebagai salah satu kabupaten yang mengembangkan ekosistem digital.
”Di seluruh 189 desa sudah terpasang fiber optik. Banyuwangi sudah punya 1.000 titik wi-fi gratis, seharusnya minimal ada satu atlet e-sport nasional dari Banyuwangi. Siapa tahu di ajang SEA Games atau Asian Games mendatang atletnya dari Banyuwangi,” tutur Anas.
Anas menambahkan, e-sport juga sudah menjadi salah satu cabang olahraga yang masuk kualifikasi pra-Olimpiade. Ini menjadi kesempatan bagi anak-anak muda untuk mengembangkan hobinya ke level profesional.
Jika dikelola dengan positif dan profesional, lanjut Anas, e-sport akan sama dengan olahraga dan industri lain yang menghasilkan peluang dan keuntungan. E-sport juga membuka bidang pekerjaan baru, semisal pemain, pelatih, manajer, castere-sport, dan broadcasting e-sport.
Salah satu peserta kompetisi ini ialah pelajar SMA 1 Giri Arrafi Nizar Fazari. Ia dan empat rekannya berhasil menjadi terbaik kedua dalam gim Defense of the Anncienst. Tim yang baru terbentuk dua bulan lalu itu masuk ke babak final berkat strategi apik yang diterapkan. Namum, kolaborasi serangan yang kurang matang membuat mereka harus mengakui keunggulan tim dari Stikom.
”Kompetisi ini merupakan awal yang baik bagi pertumbuhan atlet-atlet e-sport. Selama ini kami hanya main tanpa ada kompetisi. Kegiatan seperti ini juga menjadi sarana belajar bagi kami untuk membangun strategi bermain. Harapannya, setelah ini semakin banyak kompetisi serupa di Banyuwangi,” ujarnya.
Acara yang didukung perusahaan teknologi Dell ini memperlombakan gim-gim populer, seperti Mobile Legend, Arena of Alor (AOV), Counter Strike Global Offensive (CS:GO), Defense of the Anncienst (DOTA), Player Unknown’s Battleground (PUBG), dan Free Fire.
Perwakilan Dell Jawa Timur, Sugeng Sumarto, mengatakan, e-sport telah menjadi sebuah dunia baru yang menjanjikan. Bahkan, penjualan notebook khusus gaming telah mengalahkan penjualan notebook konvensional. Dell sendiri telah mengeluarkan seri notebook gaming G3 dan G7.
”Dua tahun ini perkembangan e-sport luar biasa. Hadiah e-sport bahkan mengalahkan pertandingan olahraga konvensional. Ini juga berkorelasi pada penjualan notebook,” ujarnya.
Menurut Sugeng, pertumbuhan notebookgaming bisa 10 persen secara nasional. Sementara notebook konvensional justru stagnan karena sudah terkonversi ke telepon pintar dan tablet.