Modifikasi Cuaca Mulai Dilakukan di Kalimantan Barat
Modifikasi cuaca mulai dilakukan di Kalimantan Barat pada Kamis (19/9/2019). Dengan modifikasi cuaca diharapkan akan turun hujan, sehingga menghilangkan kabut asap yang sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Modifikasi cuaca mulai dilakukan di Kalimantan Barat pada Kamis (19/9/2019). Dengan modifikasi cuaca diharapkan akan turun hujan, sehingga menghilangkan kabut asap yang sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan.
Komandan Pangkalan Angkatan Udara Supadio Pontianak Marsekal Pertama TNI Palito Sitorus, Kamis (19/9/2019) mengatakan, TNI AU dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Rabu (18/9/2019), tiba di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Supadio untuk melakukan modifikasi cauca. Pada Kamis sekitar pukul 14.00 mulai melaksanakan penerbangan untuk memodifikasi cuaca pertama kalinya.
“Ini sudah disiapkan semaksimal mungkin. Semoga awan muncul. Tim akan berada di Kalbar hingga Oktober. Intensitas penyemaian garam di awan tergantung situasi di lapangan dan tergantung pula dari penilaian BPPT, termasuk kondisi alam. Pesawat yang dipergunakan untuk penyemaian jenis CASA C 212 dari Lanud Abdulrachman Saleh Malang,” ujarnya.
Koordinator Lapangan BPPT untuk Operasional Teknologi Modifikasi Cuaca di Kalimantan Barat Satyo, mengatakan, Rabu siang merupakan penyemaian garam untuk pertama kalinya. Garam yang akan disemaikan ke awan 800 kg.
“Penyemaian garam dilakukan di Kabupaten Bengkayang, Landak, dan sekitar Sekadau. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di daerah-daerah itu ada pembentukan awan potensial,” kata Satyo.
Satyo menuturkan, di mana ada peluang akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk penyemaian garam. Intensitas penaburan garam sesuai dengan potensi awan yang ada. Setiap hari akan dijadwalkan penerbangan. Jika ada awan potensial bisa dua hingga tiga kali penyemaian.
Penyemaian garam dilakukan di Kabupaten Bengkayang, Landak, dan sekitar Sekadau. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di daerah-daerah itu ada pembentukan awan potensial, kata Satyo.
Untuk daerah-daerah yang titik panasnya banyak tetapi belum ada hujan, misalnya di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara hingga sejauh ini belum ada penyemaian garam. Sebab, di mana ada titik panas yang tinggi biasanya awan potensial sulit muncul. Maka, pihaknya mencari wilayah yang memiliki awan potensial terlebih dahulu. Dengan demikian, setidaknya jika terjadi hujan bisa mengurangi risiko kebakaran.
“Persediaan garam yang untuk disemaikan di posko Kalbar ada 10 ton dan 10 ton lagi sedang dalam pengiriman. Itu yang dipergunakan hingga Oktober nanti dan selanjutnya akan disesuaikan lagi sesuai perkembangan,” ujarnya.
Pilot pesawat CASA C 212 Mayor Pnb Muhammad Arif, mengatakan, CASA C 212 seri 200 merupakan salah satu pesawat TNI AU untuk modifikasi cuaca. Pesawat ini berkemampuan operasional membawa 800 kg-1 ton garam. Ketinggian penyemaian garam menyesuaikan dengan kondisi awan. Umumnya pada ketinggian 7.000 feet-10.000 feet.
Masih mengganggu
Kabut asap di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya pada Kamis masih pekat. Jarak pandang pada pagi hari hanya 300 meter - 400 meter. Kualitas udara di Pontianak juga masih kategori sangat tidak sehat dengan angka PM10 mencapai 302,09 mikrogram per meter kubik.
Penerbangan dari dan menuju Bandara Internasional Supadio Pontianak masih terganggu Kamis pagi. Officer In Charge Angkasa Pura II Bandara Internasional Supadio Pontianak Sulkarnaini, mengatakan, ada 10 penerbangan yang terganggu Kamis pagi, yakni lima batal berangkat dan lima lagi batal mendarat di Bandara Supadio Pontianak.
Kemudian, ada yang terlambat sebanyak 16 penerbangan. Dari 16 penerbangan itu terdiri dari tujuh keterlambatan kedatangan dan sembilan keterlambatan keberangkatan. Kemudian, ada satu penerbangan lagi dari Jakarta yang tidak bisa mendarat dan terpaksa kembali ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Jarak pandang pada pukul 07.30 hingga menjelang pukul 10.00 hanya sekitar 400 meter. Padahal idealnya berkisar 800 meter-1.000 meter. Jarak pandang di Bandara Supadio mulai pulih sekitar pukul 10.00.
Bisnis ekspedisi
Selain masih mengganggu penerbangan, kabut asap juga berdampak pada bisnis ekspedisi. Asisten General Manager J&T Express Pontianak Okto Setiawan, mengatakan, dampaknya lebih pada keterlambatan pengiriman. Mobil yang membawa barang tidak bisa cepat karena jarak pandang terbatas sebab harus lebih berhati-hati saat kabut asap. Keterlambatan pengiriman sekitar 10 jam.
Pengiriman dari Pontianak ke luar Pontianak juga sangat terganggu. Pengiriman ke luar Pontianak terganggu sudah seminggu. Pengirimannya tertunda. Biasanya sehari bisa mengirim tiga hingga empat kali. Sejak kabut asap hanya sekali pengiriman. Keterlambatan pengiriman bisa satu hingga dua hari.
Pelanggan ada yang mengeluh terutama dari luar Kalimantan karena barang lama sekali sampai kepada penerima. Sebab, di pulau lain tidak semua konsumen mengetahui bahwa di Kalimantan sedang dilanda kabut asap. Namun, saat dijelaskan mereka bisa memahami. Meskipun demikian, animo masyarakat mengirimkan barang masih tinggi.