Alat Emergency Locator Transmitter yang berfungsi memancarkan sinyal radio di pesawat Rimbun Air tidak berfungsi. Kondisi ini menyulitkan tim SAR gabungan yang belum menemukan pesawat yang hilang kontak sejak Rabu lalu.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS- Alat Emergency Locator Transmitter yang berfungsi memancarkan sinyal radio di pesawat Rimbun Air tidak berfungsi. Kondisi ini menyulitkan tim SAR gabungan yang belum menemukan pesawat yang hilang kontak dalam perjalanan dari Timika ke Ilaga, Kabupaten Puncak, sejak Rabu (18/9/2019).
Hal ini disampaikan Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Timika Monce Brury saat dihubungi dari Jayapura, Papua, pada Jumat (20/9/2019).
Monce mengatakan, apabila ada Emergency Locator Transmitter (ELT) maka lokasi pesawat Rimbun Air dapat terlacak dengan cepat.
Adapun data yang dihimpun dari Kepolisian Daerah Papua, pesawat Rimbun Air lepas landas dari Bandar Udara Moses Kilangin Timika pada pukul 10.36 WIT.
Pesawat ke Bandara Aminggaru Illaga, Kabupaten Puncak dengan membawa muatan beras seberat 1.600 kilogram dan diperkirakan tiba di Ilaga pukul 11.09 WIT.
Proses pencarian masih melalui udara namun sering terkendala cuaca. Seban, kami belum dapat mendapatkan sinyal dari pesawat Rimbun Air, kata Monce.
Pesawat ini membawa empat orang, yakni Kapten Dasep Sobirin sebagai pilot Yudha Tutuco selaku co pilot, Ujang sebagai teknisi dan satu penumpang, Bharada Hadi Utomo dari satuan Brimob. "Proses pencarian masih melalui udara namun sering terkendala cuaca. Seban, kami belum dapat mendapatkan sinyal dari pesawat Rimbun Air, " kata Monce.
Ia menuturkan, tim SAR gabungan yang berjumlah sebanyak 10 personil masih mencari pesawat Rimbun Air dengan menggunakan dua pesawat pada Jumat pagi hingga sore."Kami mencari pesawat tersebut sebanyak lima kali penerbangan. Namun, pesawat tak terlihat karena kondisi cuaca yang buruk yakni hujan dan berkabut, " tutur Monce.
Ia menambahkan, proses pencarian atau dilanjutkan kembali pada Sabtu (21/9/2019) ini. Pencarian pesawat berfokus pada jarak 50 nautical mil atau 92,6 kilometer sebelum pesawat hilang kontak."Kemungkinan lokasi terakhir pesawat berada di ayas Kampung Hoya.
Daerah ini masuk dalam wilayah Kabupaten Puncak. Kami telah menghubungi warga di sana agar turut mencari pesawat Rimbun Air," tambahnya. Staf Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Perwakilan Papua Norbert Tunyanan berpendapat, terdapat dua penyebab ELT pesawat tak berfungsi, yakni adanya kerusakan pada bagian antena karena terkena benturan yang sangat keras dan alat itu rusak sebelum pesawat lepas landas.
"Masalah yang sering terjadi dalam proses pencarian pesawat yang mengalami kecelakaan adalah tidak berfungsinya ELT. Akibatnya, proses pencarian pesawat memakan waktu yang lama, " papar Norbert.