Gaungkan #SaveMeratus untuk Hadapi Perubahan Iklim Global
Sejumlah aktivis dan masyarakat dari berbagai elemen menggelar aksi akbar #SaveMeratus di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Senin (23/9/2019).
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BARABAI, KOMPAS – Sejumlah aktivis dan masyarakat dari berbagai elemen menggelar aksi akbar #SaveMeratus di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Senin (23/9/2019). Mereka menyuarakan agar Pegunungan Meratus tidak dirusak karena peranannya sangat vital dalam menghadapi perubahan iklim global.
Aksi akbar #SaveMeratus digelar di Lapangan Dwi Warna, Barabai, sekitar 165 kilometer dari Banjarmasin. Tak kurang dari 500 orang mengikuti aksi untuk merespons Konferensi Global Climate Action Summit 2019 yang digelar di New York, Amerika Serikat. Aksi tersebut juga sekaligus untuk memperingati Hari Tani Nasional.
Aksi yang berlangsung sekitar 3 jam itu dibuka dengan ritual adat dan doa yang dipimpin unsur masyarakat Dayak Kalimantan Bersatu. Setelah itu, peserta aksi menyampaikan orasi, pertunjukan teatrikal, dan pembacaan puisi. Mereka menggelar pula beberapa tarian yang menggambarkan kearifan lokal masyarakat Dayak Meratus.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Kisworo Dwi Cahyono mengatakan, bumi sedang tidak baik-baik saja. Kondisi suhu rata-rata global terus naik mencapai 1 derajat celsius pada 2017 dan diprediksi terus meningkat mencapai 1,5 derajat celsius. Kondisi ini sudah dalam tahap darurat iklim. Dibutuhkan langkah drastis dan cepat untuk menjawab krisis iklim.
”Untuk menghadapi perubahan iklim itu, tak ada jalan lain selain menjaga sumber daya alam, terutama hutan yang masih tersisa. Kalimantan Selatan yang masih memiliki Pegunungan Meratus bisa menjadi salah satu yang menyelamatkan dunia dari perubahan iklim global,” kata Kisworo selaku penanggungjawab aksi.
Menurut Kisworo, Kalsel menjadi strategis dalam isu perubahan iklim global karena memiliki Pegunungan Meratus yang kontribusinya sangat besar. Air dan udara bersih yang bersumber dari Pegunungan Meratus dinikmati warga Kalsel dan daerah lain di sekitarnya.
Untuk menghadapi perubahan iklim itu, tak ada jalan lain selain menjaga sumber daya alam, terutama hutan yang masih tersisa. Kalimantan Selatan yang masih memiliki Pegunungan Meratus bisa menjadi salah satu yang menyelamatkan dunia dari perubahan iklim global, kata Kisworo
Namun, Pegunungan Meratus kini sudah semakin terancam kelestariannya. Kondisi alam delapan kabupaten yang dilewati Pegunungan Meratus, sebagian besar telah rusak parah akibat masifnya pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit. Dari 3,7 juta hektar luas wilayah Kalsel, separuhnya telah dibebani izin perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batubara.
”Karena itu, penyelamatan Meratus, terutama yang masih tersisa di Hulu Sungai Tengah wajib dilakukan. Pemerintah di Jakarta maupun pemerintah di Kalsel wajib mengambil langkah nyata dalam penyelamatan Meratus. Rusaknya hutan Meratus menyebabkan matinya kehidupan dan krisis iklim,” tutur Kisworo.
Solid
Rumli dari Gerakan Penyelamat Bumi Murakata (Gembuk) selaku koordinator lapangan aksi mengatakan, aksi yang digelar kali ini juga menjadi rangkaian gerakan #SaveMeratus yang bermula dari perlawanan masyarakat terhadap izin pertambangan batubara yang dikeluarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di kawasan Tabalong, Balangan, dan Hulu Sungai Tengah.
”Sudah sejak dulu, semua elemen masyarakat di Hulu Sungai Tengah solid mempertahankan Meratus dan menentang izin pertambangan batubara di kawasan Pegunungan Meratus. Kalau ingin mempertahankan Meratus dan menjadikannya sebagai penyelamat perubahan iklim global, pemerintah harus mencabut izin pertambangan di Pegunungan Meratus,” katanya.
Menurut Ketua Pengurus Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalsel Yulius Tanang, masyarakat adat Dayak Meratus memiliki hubungan sangat erat dengan Pegunungan Meratus. Selain merupakan sumber kehidupan, Meratus juga menjadi sumber kebudayaan dan bagian tak terpisahkan dari kepercayaan masyarakat Dayak Meratus.
”Kami berharap pemerintah mempertahankan Meratus melalui pengakuan masyarakat hukum adat dan wilayah adat. Dengan pengakuan itu, kami bisa maksimal menjaga Pegunungan Meratus, sehingga mampu membantu menghadapi perubahan iklim global,” katanya.