Mengamalkan Kebaikan Dongeng ”Clara dan Boneka Pemecah Kacang”
Belle Ballet School mementaskan kisah fantasi mendunia Clara and The Nutcracker sebagai perayaan ulang tahun ke-8 dan menghibur anak-anak panti asuhan serta menggalang dana bagi anak-anak penderita kanker.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
Pesona cerita fantasi Boneka Pemecah Kacang dan Raja Tikus karya pujangga dunia Ernst Theodor Amadeus Hoffmann tak pernah pudar. Begitu juga interpretasinya dalam teater balet klasik oleh koreografer dunia Marius Petipa. Kalangan seniman dan seniwati dunia tak bosan membaca, mengulas, serta menggubah ulang karya Hoffmann dan Petipa dalam panggung drama, layar kaca, dan bioskop.
Kisah ini begitu populer seperti Cinderella atau Putri Salju. Di Indonesia, khususnya sekolah-sekolah balet Surabaya, dongeng Hoffmann dan koreografi Petipa ini tetap relevan untuk dipentaskan. Itulah yang mendorong Belle Ballet School mengerahkan lebih dari 200 siswa-siswi usia belia hingga dewasa memanggungkan Clara and The Nutcracker, Sabtu (21/9/2019) malam, di Ciputra Hall, Surabaya, Jawa Timur.
Untuk pementasan Clara and The Nutcracker, sekolah balet yang berdiri pada 2011 ini mempersiapkannya selama enam bulan. Lembaga mendatangkan dua pebalet profesional dari Jepang, yakni Tetsuji Ohira dan Tomotaka Okada, untuk tampil dan memancarkan keindahan cerita. Selain itu, dilibatkan pula grup tari hip hop dari G Center guna memberikan sentuhan kontemporer dalam karakter Raja Tikus dan dua pengawalnya.
Pementasan perdana Clara and The Nutcracker di hadapan lebih dari 2.000 penonton itu merupakan salah satu kegiatan perayaan ulang tahun ke-8 sekolah balet tersebut. Pergelaran juga merupakan ikhtiar amal untuk anak-anak yang kurang beruntung.
Kisah ini dipertontonkan di hadapan anak-anak Panti Asuhan Sola Gratia, Jumat (20/9) petang. Sehari berikutnya, disajikan untuk umum dan hasil penjualan tiket akan disumbangkan kepada anak-anak penderita kanker melalui Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia.
Sinopsis
Kisah ini mengambil latar belakang malam Natal di Eropa. Pada suatu hari di masa lalu, Clara bersukacita karena kedatangan sang paman, Drosselmeyer, yang memberikan hadiah boneka pemecah kacang (The Nutcracker) berkekuatan ajaib.
Clara tak menyadari ”sihir” dalam boneka itu sampai kemudian tertidur. Tepat tengah malam, Clara terbangun dan kaget berada di alam fantasi. Sang dara melihat kedatangan Raja Tikus dan bala tentara. Nutcracker menjadi hidup dan menyelamatkan tuan putrinya ke kerajaan salju.
Dengan kekuatan magis, Ratu Salju mengubah Clara dan Nutcracker menjadi sosok dewasa. Keduanya lalu diantar ke Negeri Gula untuk menemui Peri Sugar Plum. Di ”Land of Sweet” itu, Clara mengadu tentang pelarian dari Raja Tikus. Hidangan melimpah ”gula-gula” dari ibu peri memberi Clara ide untuk mengalahkan Raja Tikus yang berwatak rakus.
Clara dan Nutcracker dibantu Mother Ginger dan para sahabat dari Negeri Gula akhirnya mampu mengalahkan dan mengusir Raja Tikus dari dunia ajaib. Kepergian musuh melenyapkan kutukan Nutcracker yang sejatinya adalah pangeran tampan. Kisah berakhir bahagia dengan persahabatan dan cinta Clara bersama sang putra mahkota rupawan.
Kisah ini amat populer dan mendunia sehingga rutin dibawakan teater balet dan grup tari mancanegara. Di Eropa, dongeng ini kerap menjadi pertunjukan balet dan teater akhir tahun.
Menantang
Principal Belle Ballet School sekaligus Direktur Artistik Clara and The Nutcracker Aprillia Ekasari di sela-sela pementasan mengatakan, pemilihan tema tersebut untuk mengasah bakat dan menantang siswa-siswi. Kisah ini amat populer dan mendunia sehingga rutin dibawakan teater balet dan grup tari mancanegara. Di Eropa, dongeng ini kerap menjadi pertunjukan balet dan teater akhir tahun.
Untuk mementaskan Clara and The Nutcracker, Aprillia yang lebih akrab dengan panggilan Lia ini mengakui keterbatasan properti panggung. Penggambaran pohon natal kecil membesar, peri yang terbang, disiasati dengan efek cahaya, asap, dan kain.
Meski begitu, penampilan para penari membawa kesan positif bagi para penonton. Pementasan lebih dari dua jam itu rapi ditambah tata suara dan cahaya yang jernih. Pergelaran dibagi dalam tiga sesi di mana seusai babak kedua ada jeda 15 menit. Jeda diharapkan memberikan kesempatan kepada penonton mengendapkan cerita sekaligus mengisi kembali energi dengan menikmati makanan-minuman di luar aula.
Tetsuji Ohira mengatakan, bukan pertama kali dia menarikan kisah The Nutcracker. Untuk itu, pengajar di Noriko Tanaka Ballet Academy di Jepang ini tidak terlalu sulit saat berlatih dan beradaptasi dengan siswa-siswi Belle Ballet School.
Tomotoka Okada mengaku senang dapat tampil bersama rekannya, Tetsuji Ohira, di Indonesia. Yang mengesankan, mereka tampil untuk menghibur anak-anak panti asuhan serta merasa terhormat karena seluruh hasil penggalangan dana pementasan akan diberikan kepada anak-anak penderita kanker.
Kebesaran jiwa Clara dan boneka pemecah kacang akhirnya dapat diresapi oleh anak-anak dengan harapan menumbuhkan semangat dan kegembiraan.
Yang mengesankan, mereka tampil untuk menghibur anak-anak panti asuhan serta merasa terhormat karena seluruh hasil penggalangan dana pementasan akan diberikan kepada anak-anak penderita kanker.
Legendaris
Hoffmann meluncurkan kisah Boneka Pemecah Kacang dan Raja Tikus pada 1816. Dongeng ini kemudian populer dan mendunia. Bahkan, komponis Rusia, Pyotr Ilyich Tcaikovsky dan koreografer Marius Petipa serta Lev Ivanov pada 1892 mengadaptasi untuk pertunjukan balet ”Nutracker Suite”.
Selepas 1950, teater balet menjadi demam baru di Amerika Serikat dan dunia. Pementasan dengan menyadur cerita asli menjadi berbagai versi tetap diminati dan menjadi tradisi hiburan Natal.
Di layar kaca dan bioskop, dongeng ini diadaptasi berulang kali. Antara lain Nutracker Fantasy (1979), The Nutracker Prince (1990), The Nutracker (1993), dan A Nutcracker Tale (2007) dalam serial Tom and Jerry. Setahun lalu, Disney mengadaptasi cerita menjadi The Nutcracker and The Four Realm yang menjadi salah satu proyek film termahal dan terambisius.
Boneka pemecah kacang juga menjadi salah satu suvenir mendunia yang populer.