Hari Ini Pendinginan Lahan Terbakar di Gunung Sumbing
Kebakaran di kawasan hutan Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, hingga Kamis (26/9/2019) belum berhasil dipadamkan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Kebakaran di kawasan hutan Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, hingga Kamis (26/9/2019) belum berhasil dipadamkan. Hari ini, penanganan lanjutan diupayakan melalui penyisiran, pemadaman, serta pendinginan di lokasi yang terpantau masih terdapat bara api.
Demikian disampaikan Wakil Kepala Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara Bagas Avianto, Kamis (26/9). Untuk upaya penyisiran, pemadaman, dan pendinginan, dikerahkan lebih dari 100 personel gabungan TNI, polisi, relawan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta dari dinas terkait dan warga setempat.
Upaya pendinginan yang dimaksudkan adalah membalikkan permukaan tanah bekas terbakar agar menjadi dingin. Adapun, upaya pemadaman masih dilakukan secara manual, dengan sistem gebyok atau dengan melakukan penyekatan. Sistem gebyok dengan memukul-mukulkan batang atau ranting pohon ke sumber api. Adapun penyekatan dilakukan dengan memotong sebagian ranting pohon dan membersihkan sebagian semak belukar sehingga api tidak cepat menjalar.
Kebakaran di kawasan hutan di Gunung Sumbing terjadi sejak Minggu (22/9). Sejak itu, api belum bisa dipadamkan dengan sempurna. Hingga Rabu petang, luas areal kawasan hutan yang terbakar mencapai 24 hektar, dengan taksiran kerugian mencapai Rp 3,6 juta. Adapun sebagian besar jenis vegetasi terbakar adalah semak belukar.
Pada Rabu pagi, kebakaran kembali terjadi di petak 23-3 dan petak 27-4 sehingga terdapat tambahan luas areal terbakar sekitar 4,5 hektar. Hingga Rabu petang, di dua petak tersebut terpantau terdapat dua titik api yang masih menyala.
Pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, upaya pemadaman terkendala kondisi medan yang sulit.
”Kami kesulitan bergerak melakukan pemadaman karena banyak titik api berada di daerah jurang,” ujarnya. Padahal, untuk melakukan pemadaman, para personel harus bergerak mendekati titik api karena upaya pemadaman dilakukan masih dengan cara manual.
Selain lokasi, menurut dia, upaya pemadaman juga terkendala angin yang berembus sangat kencang sehingga membuat api menjalar dengan cepat dan sulit dipadamkan.
Kebakaran dan bara api yang masih panas, dari kejauhan, terlihat menimbulkan terjadi asap yang membubung dari sejumlah titik di kawasan Gunung Sumbing. Rabu siang, kepulan asap tersebut terpantau terlihat dari Desa Jragan, Kecamatan Tembarak, yang berjarak lebih dari 20 kilometer dari Gunung Sumbing.
Bono, seorang warga, mengatakan, api kebakaran terlihat berulang kali muncul dan padam sejak Minggu (22/9/2019). Pada malam hari, api tersebut terkadang terlihat jelas dan membentuk satu garis merah yang menyala-nyala.