Anak-anak Sekolah Lereng Gunung Slamet Dikenalkan pada Mitigasi Bencana
Petugas Palang Merah Indonesia dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tegal memberikan edukasi pengurangan risiko bencana gunung api kepada siswa sekolah dasar dan masyarakat di sekitar lereng Gunung Slamet.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Petugas Palang Merah Indonesia dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tegal memberikan edukasi pengurangan risiko bencana gunung api kepada siswa sekolah dasar dan masyarakat di sekitar lereng Gunung Slamet, Sabtu (28/9/2019). Edukasi tersebut diharapkan membuat masyarakat memiliki kemampuan untuk menghadapi ancaman bencana gunung api agar risiko bencana bisa ditekan.
Sosialisasi yang digelar di SD Negeri Sigedong 03 dan Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Mustofa Sawangan tersebut diikuti 310 siswa. Dua sekolah ini dipilih karena letaknya berada pada radius 3-4 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
Selain karena berdekatan dengan puncak gunung, menurut Kepala Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal Sunarto, pelatihan pengurangan risiko bencana perlu dilakukan kepada masyarakat sejak usia dini.
Menurut dia, materi sosialisasi terkait risiko bencana yang timbul akibat aktivitas gunung api serta cara mengantisipasi.
”Materi sosialisasi disampaikan dengan cara-cara atraktif, misalnya dalam bentuk permainan. Harapannya, anak-anak antusias menerima materi,” kata Sunarto.
Setelah menyimak materi, siswa juga diajak mempraktikkan cara-cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana gunung api. Siswa diimbau tidak panik dan tetap fokus mengikuti instruksi petugas saat bencana gunung api terjadi.
Setelah belajar mengikuti langkah-langkah evakuasi, siswa juga diajari cara memakai masker yang baik dan benar untuk melindungi saluran pernapasan mereka dari debu dan abu yang biasanya timbul akibat aktivitas gunung api. Kegiatan tersebut diakhiri dengan pembagian masker kepada seluruh siswa.
Tidak hanya sosialisasi kepada anak-anak, PMI dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga memutar video tentang pengurangan risiko bencana gunung api pada Sabtu malam.
Menurut Koordinator Sukarelawan BPBD Kabupaten Tegal Kartono, kegiatan yang ditujukan bagi seluruh masyarakat di Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, itu dilakukan untuk menyegarkan ingatan masyarakat tentang cara merespons bencana gunung api. Dengan begitu, risiko jatuhnya korban luka dan jiwa pada saat bencana bisa diminimalkan.
”Setelah kegiatan usai, kami berharap masyarakat memiliki kemampuan menghadapi ancaman bencana. Tak hanya itu, kami juga memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memulihkan diri sesegera mungkin setelah terjadinya bencana. Harapannya, mereka bisa menjadi masyarakat tangguh bencana,” tutur Kartono.
Laporan dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet menyebutkan, sejak statusnya dinaikkan dari Aktif Normal menjadi Waspada pada 9 Agustus, aktivitas dilaporkan fluktuatif dan cenderung meningkat. Kenaikan aktivitas gunung salah satunya terjadi pada kegempaan tremor.
Sepanjang Agustus, amplitudo tertinggi pada gempa tremor adalah 4 milimeter. Sementara pada 1-27 September, amplitudo gempa tremor tertingginya mencapai 7 milimeter.
Hingga saat ini, status Gunung Slamet masih berada pada level Waspada. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 2 kilometer dari puncak kawah gunung.
Kebakaran hutan
Dalam kegiatan tersebut, PMI dan BPBD juga ingin mengingatkan kembali masyarakat terkait bahaya kebakaran hutan. Masyarakat Dukuh Sawangan yang bermukim paling dekat dengan Gunung Slamet diharapkan turut mengawasi dan menjaga hutan di lereng gunung agar tidak terbakar lagi.
Beberapa waktu lalu, sekitar 126 hektar hutan di lereng Gunung Slamet mengalami kebakaran hutan. Kebakaran hutan tersebut baru bisa dipadamkan 10 hari setelah titik api pertama ditemukan. Dugaan sementara, kebakaran hutan tersebut terjadi akibat ulah manusia.