Bersepeda, Menikmati Ambon, dan Membantu Korban Bencana
Sebanyak 518 peserta Tour de Ambon Manise II menjelajahi hampir semua sudut yang indah di Pulau Ambon, Maluku. Selama dua hari sejak Sabtu (28/9/2019), mereka mengayuh sepeda sejauh 172 kilometer.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Sebanyak 518 peserta Tour de Ambon Manise II menjelajahi hampir semua sudut yang indah di Pulau Ambon, Maluku. Selama dua hari sejak Sabtu (28/9/2019), mereka mengayuh sepeda sejauh 172 kilometer. Pesepeda yang berasal dari sejumlah wilayah di Tanah Air itu terpesona dengan keindahan alam dan keramahan penduduk. Mereka pun berdoa dan membantu korban bencana di Ambon.
Pada tur hari kedua, Minggu (29/9), peserta mengelilingi Jazirah Leihitu, di sisi utara Pulau Ambon. Sepanjang jalur yang dilewati, mereka disuguhi pesona pantai, mulai dari Desa Morella hingga Desa Suli di Kabupaten Maluku Tengah. Saat mereka melintas, air laut yang biru bening itu sedang teduh tanpa gelombang. Di sana mereka dapat melihat laut biru bening berpadu langit biru, sebuah pemandangan yang kian jarang ditemukan di kota-kota besar.
Sepanjang jalan itu, mereka menghirup aroma cengkeh yang dijemur warga di bahu jalan. Jazirah Leihitu merupakan wilayah penghasil cengkeh di Maluku. Di sana terdapat logi atau tempat penyimpanan cengkeh dan pala tertua milik Portugis yang kemudian oleh Belanda dikembangkan menjadi Benteng Amsterdam. Tapak monopoli rempah pertama kali berpijak di sana.
Mereka juga dapat melihat bangunan rumah raja-raja atau pemimpin kampung adat, yang bernuansa Timur Tengah. Ini pertanda, Jazirah Leihitu mayoritas beragama Islam. Di sana pula titik awal pedagang dari Arab menginjakkan kaki di Ambon. Perkembangan Islam di Pulau Ambon bermula dari Jazirah Leihitu dengan kerajaan Islam tertuanya bernama Hitu. Kerajaan Hitu masih eksis hingga saat ini.
”Warga sangat akrab menyapa kami dengan salam dan senyum yang tulus,” ujar Feby Surya
Saat melewati pemukiman penduduk, mereka kerap disambut sorakan dan senyum hangat dari warga setempat. ”Warga sangat akrab menyapa kami dengan salam dan senyum yang tulus,” ujar Feby Surya, peserta asal Jakarta yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Ambon.
Penerimaan terhadap orang baru ini mematahkan anggapan miring banyak orang di luar sana tentang masyarakat Maluku. Terlebih lagi, Maluku pernah dilanda konflik sosial bernuansa agama selama empat tahun sejak 1999. ”Bayangan itu tidak terlihat lagi. Rasanya nyaman,” ujar Feby.
Kenyamanan itu semakin sempurna dengan pesonan alama. Selain pantai sepanjang Morella yang kini jadi destinasi wisata untuk selam di Ambon, perserta juga datang ke Pintu Kota, sebuah tebing yang menjorok ke laut dengan bolong di bagian tengahnya. Bolong itu menyerupai pintu rumah. Letak pintu kota di Tanjung Nusaniwe, Kota Ambon.
Basri, pesepeda yang juga berasal dari Jakarta, mengatakan, Ambon merupakan pelanginya Indonesia. ”Jangan mati dulu sebelum ke Ambon,” ujarnya. Ia pun berjanji akan kembali lagi ke Ambon. Pengalaman dan kesan dirinya tentang Ambon akan ia kabarkan kepada orang-orang di luar sana agar mereka bisa datang ke Ambon.
Gubernur Maluku Murad Ismail lewat rilis yang diterima Kompas mengapresiasi pelaksanaan Tour de Ambon Manise yang digelar oleh Polda Maluku itu. ”Ini bukan sekadar bersepeda atau berolahraga semata, melainkan juga bagian dari promosi keindahan alam maupun pariwisata yang ada di Pulau Ambon,” katanya.
Ia berharap, kegiatan tersebut terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang. Pemerintah daerah akan memberikan dukungan. ”Ke depan bukan saja di Ambon, tetapi juga bisa ke Pulau Buru, Maluku Tenggara, Tanimbar, dan wilayah lain di Maluku,” ujarnya. Adapun Tour de Ambon Manise I berlangsung di Pulau Ambon dan Pulau Seram pada tahu 2018 lalu.
Bantu korban bencana
Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa mengatakan, dirinya menggagas Tour de Ambon Manise untuk mempromosi pariwisata di Ambon. Media promosi dilakukan dengan cara bersepeda. ”Semua peserta yang datang ke Ambon ini tentu akan menceritakan pengalaman mereka ke orang lain,” katanya.
Sambil bersepeda, perserta sepeda juga memberikan bantuan kepada para korban bencana gempa di Ambon. Selain bantuan makanan siap saji, ada juga uang tunia sebesar Rp 195 juta. Bantuan serupa juga diberikan oleh Ketua Bhayangkari Polda Maluku Swanly Royke Lumowa.
”Semua peserta yang datang ke Ambon ini tentu akan menceritakan pengalaman mereka ke orang lain,” kata Royke Lumowa.
Pada Kamis (26/9), Pulau Ambon dan sekitarnya dilanda gempa bermagnitudo 6,5. Berdasarkan data terbaru pada Minggu (29/9) petang, gempa itu menyebabkan 30 orang meninggal, 156 orang terluka, dan 136.780 orang mengungsi. Di setiap ayunan pedal, pesepeda memberi hormat dan doa khusus bagi para korban bencana.