Pemerintah Kota Tegal mempercepat penyelesaian kolam retensi sebagai salah satu bagian penanggulangan banjir rob rutin melanda kawasan pesisir pantai utara.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS -- Pemerintah Kota Tegal mempercepat penyelesaian kolam retensi sebagai salah satu bagian penanggulangan banjir rob rutin melanda kawasan pesisir pantai utara. Kolam yang mampu menampung debit air hingga 40.000 meter kubik tersebut dibangun dengan anggaran Rp 18 miliar dan ditargetkan selesai Desember 2019.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tegal Sugiyanto, Senin (30/9/2019) mengatakan, kolam tersebut akan menampung limpasan banjir dan rob dari permukiman warga di kawasan pesisir Kota Tegal. Tidak hanya kolam retensi, dari anggaran sekitar Rp 18 miliar tersebut, Pemkot Tegal juga akan membangun kolam hisap, memasang empat pompa penyedot air, memperbaiki saluran drainase di sekitar permukiman warga, dan menormalisasi sungai. Sejumlah infrastruktur itu diharapkan mampu menangani banjir dan rob di Kota Tegal secara lebih komprehensif.
"Saat banjir atau rob datang, air dari permukiman warga akan mengalir ke kolam retensi. Setelah ditampung di kolam retensi, air akan dialirkan ke kolam hisap untuk dipompa menuju sungai terdekat yakni, Sungai Sibelis," kata Sugiyanto.
Dia menambahkan, salah satu kendala pembangunan kolam retensi adalah kondisi tanah di sekitar kolam retensi yang merupakan tanah lunak. "Jadi butuh waktu untuk memadat. Untuk mempercepat proses pemadatan tanah, petugas memasang terucuk bambu di sekitar kolam," terang Sugiyanto.
Hingga akhir September, progres pembangunan paket kolam retensi yang terdiri dari kolam hisap dan rumah pompa penyedot air mencapai 22,33 persen. Proyek ini ditargetkan selesai 24 Desember 2019.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tegal menyebutkan, terdapat 18 kelurahan di Kota Tegal yang rawan banjir dan rob. Sebanyak 18 kelurahan yang rawan tersebut antara lain, Kaligangsa, Cawaban, Margadana, Krandon, Sumurpanggang, Kalinyamat Kulon, Kalinyamat Wetan, Tunon, Pesurungan Kidul, Tegalsari, Kraton, Muarareja, Kemandungan, Pesurungan Kidul, Mintaragen, Selerok, Kejambon, dan Panggung.
Salah satu warga Kelurahan Tegalsari, Seko (40) mengatakan, setiap tahun, daerahnya selalu menjadi langganan banjir dan rob. Rob terakhir kali melanda sekitar rumahnya pada bulan Juni. Kala itu, rob setinggi 50 sentimeter menggenang hingga lebih dari tiga jam.
Seko menyambut baik pembangunan kolam retensi yang diharapkan mampu mengendalikan banjir dan rob di Kota Tegal itu. "Saya berharap kolam retensi tersebut nanti benar-benar bisa mengatasi banjir dan rob di wilayah Kota Tegal. Sehingga, warga yang rumahnya berada di pesisir tidak perlu khawatir saat rob atau banjir melanda," kata Seko.
Warga lain, Sumi (43) juga berharap kolam retensi bisa efektif mengendalikan banjir. Selain itu, dia berharap pemerintah juga segera membangun tanggul laut atau pemecah gelombang sehingga dampak terjangan rob ke permukiman warga bisa ditekan.
Sementara itu, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono melihat, kolam retensi tidak saja menjadi salah satu sarana pengendali banjir dan rob, tetapi juga bisa dijadikan tempat rekreasi warga. Untuk itu, Dedy menyarankan, pagar besi di beberapa titik di sekitar kolam retensi bisa ditinggikan. Harapannya, warga bisa beraktivitas di sekitar kolam retensi dengan aman.
"Harapan saya, kolam retensi ini juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk rekreasi warga misalnya, untuk pemancingan. Lalu, di sekitar kolam retensi itu juga bagus kalau nanti dibuat taman-taman bermain anak," ucap Dedy.
Dia menambahkan, pembangunan kolam retensi ini menjadi hal yang mendesak. Hal itu mengingat sebentar lagi musim hujan segera tiba.