Universitas Diponegoro terus berupaya meningkatkan akurasi Kalender Rob sebagai acuan data kenaikan permukaan air laut di pesisir Kota Semarang, Jawa Tengah. Pada 2020, kalender tersebut akan memanfaatkan data satelit.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Universitas Diponegoro terus berupaya meningkatkan akurasi Kalender Rob sebagai acuan data kenaikan permukaan air laut di pesisir Kota Semarang, Jawa Tengah. Pada 2020, kalender yang diproduksi sejak 2018 tersebut akan memanfaatkan data satelit untuk membantu warga mengantisipasi datangnya rob.
Ketua Departemen Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip, Denny Nugroho Sugianto, di Kota Semarang, Kamis (3/10/2019), mengatakan, Kalender Rob selama ini menggunakan data dari Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut.
“Untuk Kalender Rob 2020, akan kami integrasikan dengan informasi yang diperolah dari satelit. Sebab, satelit pun mengirim data anomali ketinggian laut. Kami harap, tingkat akurasi Kalender Rob akan semakin baik, sehingga warga dapat benar-benar mengantisipasi rob,” kata Denny.
Kalender Rob pertama kali dirilis Departemen Oseanografi Undip pada 2018. Dalam kalender itu, terdapat deretan tanggal, waktu (pukul 01.00-24.00), dan ketinggian permukaan air laut hingga 1 meter. Pada Kalender Rob 2019, disertakan juga penanggalan jawa dan Tahun Islam.
Denny menuturkan, kalender rob berawal dari keprihatinan akan ketidaksiapan masyarakat menghadapi rob. “Rob terjadi hampir setiap bulan, sedangkan masyarakat memperkirakan rob datang di waktu yang sama setiap bulan, padahal sebenarnya berbeda,” ujarnya.
Hal tersebut, lanjut Denny, membuat masyarakat terlambat memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi. Masalah lain, rob terjadi ketika warga menggelar acara seperti nikahan atau sunatan. Hal itu terjadi karena mereka salah memperkirakan datangnya limpasan air laut tersebut.
Adapun sejumlah daerah di Semarang yang masih kerap tergenang rob di antaranya kelurahan-kelurahan di Kecamatan Genuk, Semarang Utara dan Kecamatan Tugu. Sebagian rumah sudah ditinggikan, tetapi ada juga yang tak memiliki uang untuk meninggikan rumah.
Menurut Denny, Kalender Rob 2019 telah diproduksi sebanyak 50 buah. Ada juga aplikasi Kalender Rob di sistem Android, tetapi kini sedang diperbaiki kualitasnya. “Biasanya, yang memegang kalender ialah warga yang mampu menjelaskan dengan baik kepada warga lain,” katanya.
Suratno (50), warga Kelurahan Tanjung Emas, Semarang Utara, mengaku terbantu dengan adanya Kalender Rob, terlebih kini ada penanggalan Jawa. Ia pun kerap menjelaskan kepada warga di sekitar lingkungannya yang hendak mengantisipasi datangnya rob.
“Yang jelas, ini sangat membantu untuk antisipasi. Sebab, banyak warga yang belum meninggikan rumahnya sehingga harus mengamankan barang saat rob. Tinggi lantai rumah saya, dari 1993 sampai dengan sekarang, sudah berbeda lima meter,” ujar Suratno.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menuturkan, salah satu upaya penanganan rob yakni melalu Tol Semarang-Demak, yang juga sebagai tanggul laut. Pada Senin (23/9), di Jakarta, dilakukan penandatanganan perjanjian pengusahaan ruas tol itu.
“Tanggul Laut akan menjadi satu kesatuan sistem penanggulangan rob dan banjir, yang Alhamdulillah mendapat support dari pemerintah pusat lewat Kementerian PUPR. Ini menjadi proyek strategis yang kami harapkan hasilnya cepat dinikmati masyarakat,” kata Hendrar dalam keterangannya.