Digitalisasi Pembelajaran untuk Hadapi Industri 4.0
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan terus mendorong pembelajaran digital di sekolah-sekolah negeri maupun swasta. Langkah ini merupakan salah satu upaya mereformasi pendidikan menyongsong industri 4.0.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan terus mendorong pembelajaran digital di sekolah-sekolah negeri maupun swasta. Langkah ini merupakan salah satu upaya mereformasi pendidikan menyongsong industri 4.0.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, telah mencanangkan program digitalisasi sekolah di Natuna, Kepulauan Riau. Dalam program ini, pembelajaran dilakukan menggunakan gawai.
“Kemendibud sudah membuat aplikasinya, platform untuk sumber belajar digital, yaitu Rumah Belajar,” katanya di Solo saat meresmikan gedung SMP dan SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat, Solo, Jawa Tengah, Jumat (4/10/2019).
Sebelumnya, pencanangan program pembelajaran digital ditandai pembagian 1.142 tablet elektronik kepada 25 SD, 9 SMP, 3 SMA, dan 1 SMK di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (18/9/2019). Tablet itu untuk dipakai siswa kelas VI, VII, dan X ketika belajar di kelas.
Rencananya, hingga akhir tahun 2019, sebanyak 1,7 juta siswa akan diberikan gawai. Pembagian gawai itu diutamakan bagi peserta didik di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal.
Untuk mendorong pembelajaran digital, Muhadjir mengatakan, pembagian gawai kepada siswa-siswi sekolah negeri akan terus ditambah. Rencananya, hingga akhir tahun 2019, sebanyak 1,7 juta siswa akan diberikan gawai. Pembagian gawai itu diutamakan bagi peserta didik di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal.
“Ada 36.000 sekolah yang kita libatkan,” ujarnya.
Muhadjir menargetkan, tahun 2020, semakin banyak sekolah-sekolah negeri sudah menggunakan aplikasi Rumah Belajar. Aplikasi yang bisa diakses melalui tablet ataupun telepon cerdas itu menyediakan berbagai materi pelajaran untuk guru dan siswa hingga tersedia soal-soal untuk pekerjaan rumah siswa.
"Dengan Rumah Belajar, tidak perlu lagi membeli buku pelajaran maupun lembar kerja siswa (LKS). Saya meminta aplikasi ini terus disempurnakan,” katanya.
Muhadjir menyebutkan, sekolah-sekolah swasta diharapkan melakukan digitalisasi pembelajaran. Harga gawai yang saat ini kurang dari Rp 2 juta per unit bisa dijangkau oleh orangtua siswa.
Akan tetapi, penggunaaan gawai itu harus benar-benar dikawal dengan baik untuk kepentingan belajar anak. Menurut Muhadjir, program digitalisasi sekolah ini merupakan salah satu upaya reformasi pendidikan untuk menyongsong industri 4.0.
“Tidak mungkin kita menyiapkan generasi milenial memasuki industri 4.0 dengan melarang anak bawa handphone dan buka gadget,” katanya.
Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat, Solo Endro Susilo mengatakan, pembelajaran digital sudah mulai diterapkan di sekolah. Aplikasi-aplikasi belajar yang tersedia di play store, diantaranya Rumah Belajar dan Ruang Guru telah diperkenalkan dan disosialisasikan kepada siswa-siswi untuk digunakan sebagai referensi belajar.