Para pengungsi asal Nusa Tenggara Barat mulai dipulangkan secara bertahap dari Papua ke daerah asalnya di Pulau Lombok. Pemulangan tahap pertama tiba di Bandara Internasional Lombok (BIL), Jumat (4/10/2019).
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Para pengungsi asal Nusa Tenggara Barat mulai dipulangkan secara bertahap dari Papua ke daerah asalnya di Pulau Lombok. Pemulangan tahap pertama tiba di Bandara Internasional Lombok, Lombok Tengah, Jumat (4/10/2019), sekitar pukul 17.30 Wita.
Kepala Dinas Sosial NTB T Wismaningsih Dradjadiah yang menyambut kedatangan korban kerusuhan Wamena, Papua, di Terminal Kedatangan Bandara Internasional Lombok (BIL) mengatakan, gelombang pemulangan berlangsung hingga Senin (7/10/2019).
Dari delapan orang yang tiba Jumat sore, tiga orang berasal dari Lombok Timur dan lima orang dari Lombok Tengah, termasuk seorang bayi berusia satu tahun. Mereka berprofesi sebagai guru kontrak di Wamena.
Pemprov NTB menyerahkan secara resmi kepada Pemkab Lombok Tengah yang mengantar langsung mereka ke alamat tujuan. Adapun pengungsi asal Lombok Timur dijemput keluarganya.
Petugas dari Dinsos Pemprov NTB mengawal dan mengantar mereka hingga Lombok Timur dengan biaya transportasi ditanggung pemkab asal mereka. Semula mereka mengungsi di Markas Yonif 751/Raider Sentani, Jayapura.
”Semua warga NTB dalam kondisi baik dan sehat. Kami atas nama Pemerintah Provinsi NTB menyampaikan terima kasih atas bantuan Yonif 751 yang telah sangat baik dalam melayani warga NTB di Papua,” ujar Wismaningsih.
Wismaningsih menyatakan masih memutakhirkan data warga NTB yang mengungsi di Wamena dan Jayapura. ”Kami sedang memperbaiki data jumlah pasti karena data hari ini ternyata banyak yang nyelip, belum terdata,” katanya.
Berdasarkan data sementara, warga asal NTB yang memilih pulang kampung dari Papua 105 orang, termasuk delapan orang yang sudah dipulangkan Jumat sore. Selain guru kontrak, mereka kebanyakan adalah pedagang.
Adapun 55 orang memilih menetap karena suasana di Wamena sudah aman. Mereka yang memilih tetap tinggal di Wamena berprofesi sebagai aparat sipil negara dan TNI/Polri.
Sebanyak 97 orang yang memilih pulang kampung akan diberangkatkan secara bertahap ke Kabupaten Sumbawa, Dompu, dan Kabupaten Bima. Sebelumnya, beberapa saat setelah kerusuhan Wamena, 23 September lalu, sudah ada 30 warga NTB yang keluar dari Papua secara mandiri.
Dari delapan orang yang pulang kampung ke Lombok, ada yang mengaku tidak menentukan jangka waktu tinggal di kampung halamannya. Sementara lainnya ada yang masih berpikir untuk kembali ke Wamena.
Hikmatul Uliyah, salah satu warga NTB yang eksodus dari Wamena, menyatakan lega dan sangat bahagia sudah berada di Lombok. Dengan wajah letih, sambil menggendong bayinya di ruang kedatangan BIL, guru kontrak sebuah SD di Wamena asal Desa Kerongkong, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, itu mengatakan tidak trauma atas kerusuhan di Wamena.
”Kepulangan saya hanya untuk sementara menunggu situasi benar-benar kondusif di Wamena. Saya akan kembali ke Wamena melaksanakan tugas sebagai pendidik,” ujarnya.
Terlebih, lanjut Hikmatul, suaminya tidak ikut pulang kampung karena tinggal di tempat yang aman. ”Kami bersyukur dan berterima kasih kepada Pemprov NTB, Pemkab Lombok Timur, dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pemulangan kami ke NTB,” ujarnya.