Delapan orangutan yang sudah direhabilitasi dilepaskaliarkan di hamparan hutan indung Bukit Batikap. Kehidupan orangutan makin tersisih karena terkikisnya hutan yang menjadi habitat mereka.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Delapan orangutan yang sudah direhabilitasi dilepasliarkan di hamparan hutan lindung Bukit Batikap, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Kehidupan orangutan makin tersisih karena terkikisnya daerah yang menjadi habitatnya.
Pelepasliaran tersebut memanfaatkan helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) MI-8MTV buatan Rusia. Helikopter itu sanggup memuat delapan orantuan sekaligus. “Helikopter yang sekaligus juga dipergunakan untuk patroli dan pemantauan lokasi kebakaran hutan dan lahan ini membantu mempersingkat perjalanan kami yang bisa menghabiskan waktu total sampai lebih dari 48 jam, menjadi separuhnya,” ungkap CEO Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite, Senin (7/10/2019).
Jamartin mengungkapkan, pelepasliaran itu dilaksanakan akhir September lalu di sela patroli kebakaran hutan dan lahan. Delapan orangutan, terdiri dari lima betina dan tiga jantan, dibawa dari Kota Palangkaraya ke Bandara Sangkalemu, Kabupaten Gunung Mas melalui perjalanan darat selama lima jam.
Orangutan yang dilepasliarkan tersebut rata-rata berumur 12-19 tahun. Semuanya merupakan orangutan hasil rehabilitasi dan reintroduksi Yayasan BOS di Nyaru Menteng, Kota Palangkaraya, Kalteng.
Jamartin menambahkan, pelepasliaran ini merupakan kegiatan yang ke-31 dan Yayasan BOS sudah melepas sedikitnya 433 orangutan ke hutan alami. Rinciannya, 318 orangutan di Kalimantan Tengah dan 115 lainnya di Kalimantan Timur.
Saat ini, di Pusat Rehabilitasi Yayasan BOS, masih terdapat 461 orangutan dengan rincian 335 orangutan di Kalteng dan 126 orangutan di Kalimantan Timur. “Orangutan tidak tinggal di kandang, mereka harus hidup di hutan, di pohon-pohon, itu tujuan kami,” ungkap Jamartin.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng Adib Gunawan mengungkapkan, perlu ada studi khusus untuk mencari lokasi pelepasliaran orangutan pascarehabilitasi. Harus ada target orangutan itu tidak ada lagi di pusat rehabilitasi.
“Ini kegiatan rutin jadi harus ada target besar. Daya dukung dengan jumlah orangutan tidak sebanding saat ini, sehingga perlu mencari tempat baru untuk pelepasliarannya agar sesuai persyaratan,” kata Adib.
Dari data BKSDA, selama Juli hingga saat ini sedikitnya delapan orangutan yang diselamatkan. Sebagian besar karena hidup berbatasan dengan perkebunan dan menjadi ancaman.
Dari delapan orangutan yang semuanya merupakan jantan, satu orangutan harus direhabilitasi karena dehidrasi dan kekurangan nutrisi. Orangutan jantan itu harus menerima perhatian lebih untuk diselamatkan.
“Dari kegiatan penyelamatan, kami bekerja sama dengan berbagai mitra, BOS hanya salah satunya ada juga OFUK dan OFI, selama ini kami rutin menyelamatkan orangutan,” ungkap Adib.