Hilang Setelah Dihantam Gelombang, Nelayan asal Sumbawa Barat Ditemukan
Seorang nelayan asal Dusun Senutuk, Desa Ai Kangkung, Kecamatan Sekongkang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Jamaludin (50), ditemukan setelah empat hari hilang di Selat Alas, Nusa Tenggara Barat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
SELONG, KOMPAS — Seorang nelayan asal Dusun Senutuk, Desa Ai Kangkung, Kecamatan Sekongkang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Jamaludin (50), ditemukan di perairan Ekas, Lombok Timur, Senin (7/10/2019). Jamaludin hilang selama empat hari setelah perahunya terbalik dihantam gelombang di Selat Alas.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Kantor SAR) Mataram I Komang Sidakarya di Mataram, Senin siang, mengatakan, Jamaludin dilaporkan hilang pada Jumat (4/10/2019). Ia hilang di Selat Alas atau selat antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
”Korban berangkat dari Teluk Senutuk menuju Tanjung Luar, Lombok Timur, sekitar pukul 11.00 Wita. Setelah perjalanan sekitar 40 menit, perahu milik Jamaludin terbalik karena dihantam gelombang,” kata Sidakarya.
Begitu mendapat laporan dari keluarga sekitar pukul 21.00 Wita, tim gabungan dari Basarnas, Kepolisian Air dan Udara, Pos Angkatan Laut Benete Sumbawa Barat, termasuk keluarga serta masyarakat, melakukan pencarian. Mereka mengerahkan sejumlah kapal untuk mencari Jamaludin, baik di Selat Alas maupun ke titik lain, seperti perairan Tanjung Ringgit, Lombok Timur, dan pesisir Benete.
Sidakarya menambahkan, pada Senin sekitar pukul 13.00 Wita, Jamaludin ditemukan terdampar di Pantai Kura-kura, Desa Ekas, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Ia ditemukan pertama kali oleh salah seorang nelayan di pantai tersebut.
Korban berangkat dari Teluk Senutuk menuju Tanjung Luar, Lombok Timur, sekitar pukul 11.00 Wita. Setelah perjalanan sekitar 40 menit, perahu milik Jamaludin terbalik karena dihantam gelombang, kata Sidakarya.
Begitu ditemukan, Jamaludin kemudian dibawa ke salah satu rumah warga di kawasan tersebut. Setelah itu, tim gabungan mengevakuasi korban ke Puskesmas Jerowaru untuk penanganan lanjutan. ”Jamaludin dalam kondisi selamat dan sehat,” kata Sidakarya.
I Gusti Lanang Wiswanandana selaku juru bicara Kantor SAR Mataram menambahkan, menindaklanjuti kejadian itu, mereka mengimbau masyarakat atau nelayan untuk lebih waspada. Apalagi sudah sering terjadi kecelakaan di Selat Alas.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, pada 2014, KMP Munawar tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur, menuju Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa. Tiga penumpang dilaporkan meninggal. Pada 2017, kapal yang membawa empat nelayan diempas gelombang di Selat Elas. Empat nelayan tersebut tidak ditemukan.
Menurut Lanang, mengingat gelombang cukup tinggi, ia meminta nelayan atau masyarakat untuk selalu menggunakan alat keselamatan ketika beraktivitas di laut.
”Ini untuk meminimalkan jatuhnya korban mengingat risikonya tinggi. Selain itu, benar-benar melihat kondisi cuaca sebelum berangkat. Jika cuaca tidak memungkinkan, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk berangkat,” kata Lanang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Bandara Internasional Lombok (BIL) juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai potensi gelombang hingga ketinggian dua meter di sejumlah perairan di NTB.
Menurut prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II BIL Desi Megawati, perairan yang perlu diwaspadai ialah Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Laut Sumbawa, perairan selatan Sumbawa, Samudra Hindia selatan NTB, dan Selat Sape.
Berdasarkan kriteria tingkat bahaya tinggi gelombang laut BMGK, gelombang dengan tinggi satu setengah hingga dua meter berbahaya bagi perahu nelayan.