Program Citarum Harum memasuki akhir tahun kedua. Evaluasi dilakukan untuk menentukan kemajuan revitalisasi dan memperbaiki koordinasi program.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS — Program Citarum Harum memasuki akhir tahun kedua. Evaluasi dilakukan untuk menentukan kemajuan revitalisasi dan memperbaiki koordinasi program. Selain perbaikan koordinasi, bantuan dana dari Bank Dunia sebesar Rp 1,4 triliun diharapkan bisa mendorong akselerasi program yang ditargetkan rampung lima tahun tersebut.
Evaluasi Program Citarum harum dilaksanakan di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (9/10/2019). Evaluasi dilakukan sehari penuh dengan metode rapat berkelompok sesuai bagian, yang terdiri dari aspek lahan kritis, limbah industri, keramba jaring apung, limbah domestik, penegakan hukum, dan edukasi. Seluruh evaluasi tersebut akan dipaparkan pada hari berikutnya.
Dalam kegiatan tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memaparkan, tahun 2020 menjadi momentum untuk akselerasi program karena mendapatkan bantuan dana dari Bank Dunia. Evaluasi diharapkan bisa memperlihatkan poin-poin yang menjadi landasan untuk melakukan percepatan dengan dana yang tersedia.
Hasil evaluasi ini juga akan disampaikan kepada Kementerian Koordinator Kemaritiman sebelum pergantian kabinet sehingga menjadi pegangan di kabinet berikutnya.
”Dengan anggaran yang terbatas, saya melihat sudah banyak kemajuan. Karena itu, evaluasi dilakukan agar bisa melihat sejauh mana kemajuan tersebut. Nanti, dengan bantuan dari Bank Dunia, kami berharap bisa melakukan akselerasi karena anggaran sudah tidak menjadi kendala,” ujar Kamil.
Kamil melanjutkan, perhatian utama di tahun ketiga adalah aspek pencemaran sungai. Ia menargetkan, Sungai Citarum tidak lagi berpredikat sungai tercemar berat. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, koordinasi dari lebih kurang 200 kelompok perlu ditingkatkan sehingga program jadi bersinergi dengan setiap pihak, mulai dari pemerintah pusat, provinsi, hingga pemerintah daerah.
Dengan anggaran yang terbatas, saya melihat sudah banyak kemajuan. Karena itu, evaluasi dilakukan agar bisa melihat sejauh mana kemajuan tersebut.
”Diharapkan di tahun ketiga, sampah dan limbah tidak lagi masuk ke sungai. Warga bisa mengelola sampah dengan mandiri. Kuncinya adalah satu komando. Kami harus saling memahami sehingga Citarum bisa sesuai target,” tuturnya.
Asisten Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan Maritim Kemenko Kemaritiman Tubagus Haeru Rahayu menilai, Program Citarum Harum perlu perbaikan dan percepatan. Hal ini dilakukan karena dalam dua tahun terakhir permasalahan daerah aliran sungai (DAS) seperti gunung yang gundul di hulu dan sungai yang hitam tercemar masih ditemukan di sebagian titik.
”Masa bulan madu sudah usai. Ini sudah tahun kedua. Tahun depan sudah tidak boleh ada sungai yang hitam atau hutan yang gundul. Kalau tahun depan masih seperti itu, berarti program kami tidak bekerja,” ucapnya.
Mulai ada perubahan
Meski masih ditemukan sungai yang hitam, Haeru menilai, program revitalisasi Sungai Citarum berjalan dengan baik. Dia melihat perubahan masyarakat di beberapa bantaran sungai yang tidak membuang sampah ke sungai. Namun, masyarakat masih perlu edukasi sehingga pola pikir warga berubah untuk tidak membuang sampah ke sungai.
”Selain petugas TNI di berbagai sektor, mahasiswa pun kami ajak melalui KKN tematis. Saya optimistis, dengan koordinasi dan komunikasi yang baik dari berbagai lembaga, terutama di kabupaten/kota, Citarum Harum akan menunjukkan progres di tahun ketiga nanti,” lanjutnya.