Pemprov Jawa Tengah mengantisipasi penyebaran hama wereng cokelat yang dapat memengaruhi produktivitas tanaman pangan. Pertumbuhan hama berdaya rusak tinggi itu patut diantisipasi saat kondisi cuaca sering berubah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengantisipasi penyebaran hama wereng cokelat yang dapat memengaruhi produktivitas tanaman pangan secara signifikan. Pertumbuhan hama yang dikenal memiliki daya rusak tinggi itu patut diantisipasi seiring kondisi cuaca yang kerap berubah.
Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Daniar Triwulandari, mengatakan, pada 2019, hama wereng ditemukan di sejumlah daerah seperti Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Batang, dan Banyumas.
“Dari penyebaran, sebenarnya tidak lebih luas dari hama lain seperti tikus dan penggerek batang. Namun, wereng ini memiliki daya rusak tinggi. Juga, kerap menyisakan trauma dari pengalaman tahun sebelumnya,” kata Daniar, di sela pembukaan Sekolah Lapang Iklim Tahap II di Kota Semarang, Rabu (9/10/2019).
Daniar menambahkan, sejumlah pemicu berkembangnya hama wereng cokelat yakni pilihan varietas yang tak memiliki daya tahan, pola tanam yang tidak serentak, dan cuaca yang berubah-ubah. Salah satu contoh varietas tanaman pangan yang disukai hama wereng cokelat yakni padi ketan.
Para petani di Kabupaten Purworejo adalah salah satu kelompok yang terus menanam padi ketan meskipun telah diimbau untuk menggantinya. “Di sana, ketan wajib ditanam. Bukan untuk mendapat ketannya, tetapi yang diincar warna hitam dari jeraminya, mengingat di sana sentra dawet ireng (hitam),” ujarnya.
Guna meminimalisasi penyebaran wereng cokelat, kata Daniar, pihaknya memadukan semua unsur, dimulai dari pratanam. Pengolahan tanah mesti dipastikan baik. Selanjutnya, para petani pun dibina dan diarahkan mengatur waktu tanam yang tepat sehingga tanaman tak mudah terserang.
Pengolahan tanah mesti dipastikan baik. Selanjutnya, para petani pun dibina dan diarahkan mengatur waktu tanam yang tepat sehingga tanaman tak mudah terserang.
Pendampingan
Kepala Bidang Penyuluhan, Pasca Panen dan Bina Usaha Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Farid Mufti menambahkan, pendampingan petani ialah salah satu upaya meningkatkan produksi padi di Jateng. Termasuk, mengoptimalkan peran para petugas pengamat hama tanaman.
Menurut Farid, pengendalian hama penyakit pada tanaman penting. “Saat terjadi banyak serangan hama, produksi dapat menurun signifikan. Ini bahaya. Lewat sekolah lapang iklim dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), perlu ada pemahaman tentang hama,” ujarnya.
Menurut data Distabun Jateng, hingga September 2019, produksi beras di Jateng telah mencapai 8 juta ton atau 70 persen dari target pada 2019. Sebagai daerah lumbung pangan, kebutuhan di Jateng sudah terpenuhi. Bahkan, 30 persen di antaranya untuk memenuhi kebutuhan daerah lain.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang Iis W Harmoko, menuturkan, pengamat hama, yang merupakan bagian dari penyuluh lapangan, juga kerap diikutsertakan pada Sekolah Lapang Iklim (SLI). Bahkan, mereka juga menjadi pemateri.
“Dalam silabus SLI, ada materi yang disampaikan oleh pengamat hama, yakni terkait bagaimana pengaruh iklim dan cuaca terhadap organisme penggangu tanaman. Ini penting di samping penyuluh secara umum yang lebih pada budidaya tanaman,” ujar Iis.