Tingginya sedimentasi membuat fungsi sungai-sungai di Kota Bandung, Jawa Barat, tidak maksimal. Endapan tanah dan sampah membuat daya tampung sungai berkurang sehingga kerap memicu banjir pada musim hujan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tingginya sedimentasi membuat fungsi sungai-sungai di Kota Bandung, Jawa Barat, tidak maksimal. Endapan tanah dan sampah membuat daya tampung sungai berkurang sehingga kerap memicu banjir pada musim hujan.
”Kondisi lahan di hulu kritis. Akibatnya, daya resap minim sehingga sebagian besar air hujan menjadi air permukaan yang membawa tanah dan mengendap di dasar sungai,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Didi Ruswandi, di Bandung, Rabu (9/10/2019).
Hal itu disampaikan Didi dalam peluncuran program ”Mapag Hujan” di sempadan Sungai Cinambo, Bandung. Program tersebut merupakan kegiatan bersih-bersih sungai dan drainase untuk mengantisipasi banjir menjelang musim hujan.
Dua alat berat jenis backhoe dioperasikan untuk mengeruk sedimentasi setebal 1 meter di Sungai Cinambo. Tak hanya tanah, sedimen juga bercampur sampah plastik.
Petugas Dinas Pekerjaan Umum juga mengeruk sejumlah drainase yang mengalir ke sungai tersebut. Sampah dan sedimentasi hasil pengerukan itu dibawa menggunakan truk ke tempat pembuangan akhir.
Sungai Cinambo terletak di pinggir Jalan Soekarno-Hatta. Saat musim hujan, air sungai kerap meluap menggenangi jalan yang menghubungkan Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut tersebut. Imbasnya, banjir juga memicu kemacetan.
Kota Bandung dilintasi 46 sungai dan anak sungai. Menurut Didi, sebagian besar kondisinya kritis. Selain dipenuhi sampah dan sedimentasi, beberapa sungai juga mengalami penyempitan sehingga menghambat aliran air.
Selain Cinambo, luapan Sungai Cipamulihan, Citepus, dan Cibereum juga sering menyebabkan banjir saat musim hujan. Bahkan, pada 2016, banjir di Jalan Pagarsih menyeret mobil masuk ke Sungai Citepus sejauh 1 kilometer.
Didi mengatakan, pemulihan fungsi sungai bukan satu-satunya cara dalam mengatasi banjir. ”Mapag Hujan” hanya program jangka pendek karena program jangka panjang untuk memperbanyak resapan masih berjalan.
Kolam retensi di Kecamatan Gedebage, misalnya, pembangunannya masih 70 persen. Kolam seluas 8.000 meter persegi itu untuk menampung air dari Sungai Cinambo. Pembuatan drumpori di setiap RW juga ditargetkan selesai 2020. Saat ini, Pemkot Bandung baru memiliki 550 drumpori.
Setiap RW ditargetkan membuat minimal 10 drumpori. Dengan memiliki sekitar 1.500 RW, Kota Bandung diharapkan mempunyai 15.000 drumpori tahun depan. Pembuatan drumpori memanfaatkan drum dengan kapasitas sekitar 220 liter. Drum memiliki 30 lubang sebagai jalur resapan air. Alat ini diyakini dapat mengurangi aliran air permukaan saat musim hujan.
Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, program ”Mapag Hujan” digulirkan untuk mempersiapkan kota menghadapi musim hujan yang diprediksi terjadi pada awal November. Pengerukan sedimentasi dan sampah diharapkan dapat mengoptimalkan volume sungai untuk mengalirkan dan menampung air hujan.
”Program ini bersifat maraton. Jadi, harus konsisten dan berkesinambungan sehingga dampaknya sesuai harapan,” ucapnya. Program Mapag Hujan diselenggarakan di setiap kelurahan pada 9-31 Oktober. Program ini ditargetkan melibatkan lebih dari 2.000 orang.