Sebanyak 12 sumur warga di Dusun Sidadadi, Kelurahan Tarisi, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tercemar solar yang merembes akibat kebocoran pipa penyalur milik PT Pertamina pada Minggu (6/10/2019).
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Sebanyak 12 sumur warga di Dusun Sidadadi, Kelurahan Tarisi, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tercemar solar yang merembes akibat kebocoran pipa penyalur milik PT Pertamina pada Minggu (6/10/2019). Selain mencemari air, rembesan solar juga merusak tanaman di lahan warga seluas 5 hektar.
”Dari dua belas sumur warga yang tercemar, sebanyak enam sumur tercemar parah dan enam lainnya tercemar masih dalam ambang wajar. Namun, meski wajar, air sudah tidak bisa dipakai untuk keperluan sehari-hari,” kata Kepala Dusun Sidadadi Nasirin, Rabu (9/10), saat dihubungi dari Purwokerto.
Sumur warga yang tercemar jaraknya 100-200 meter dari lokasi kebocoran pipa.
Nasirin mengatakan, radius 200 meter dari lokasi bocornya pipa solar itu merupakan areal steril. Warga dilarang masuk dan hanya terdapat petugas Pertamina. Selain itu, dalam radius 1 kilometer, aktivitas warga juga dibatasi, antara lain tidak boleh memasak atau menyalakan kompor. Akibatnya, puluhan orang mengungsi ke tempat kerabat atau tetangga.
”Sumur warga yang tercemar jaraknya 100-200 meter dari lokasi kebocoran pipa. Ada satu sumur warga yang sudah disedot. Volume solarnya sampai satu tangki penuh ukuran 15.000 liter,” tutur Nasirin.
Selain mencemari sumur warga, cipratan serta rembesan solar juga mencemari tanah warga. Sedikitnya 5 hektar kebun pekarangan warga tercemar minyak sehingga merusak tanaman. Sejumlah tanaman yang rusak antara lain pisang, jeruk, jambu, serta tanaman kayu, seperti mahoni, sengon, albasia, dan laban.
”Tanaman layu kena minyak. Terutama pohon pisang yang sangat rawan dan sudah banyak yang roboh. Untuk pohon tanaman kayu belum roboh, tetapi sudah menguning,” ujar Nasirin.
Sekretaris Desa Tarisi Dwi Arisman menambahkan, pihak desa sampai saat ini masih mendata jumlah warga terdampak, luasan areal tercemar, serta kerugian material yang ditimbulkan dari bocornya pipa solar ini. ”Kami masih merekapitulasi kerugiannya,” kata Dwi.
Sekarang masih ada genangan (solar) dan masih dalam penanganan penyedotan.
Dwi menyampaikan, hingga saat ini, proses penyedotan solar yang tumpah masih berlangsung dan bau solar pun masih terasa di sekitar lokasi. Akibatnya, sebanyak 31 keluarga berjumlah 86 jiwa masih mengungsi ke tempat aman. ”Sekarang masih ada genangan (solar) dan masih dalam penanganan penyedotan,” katanya.
Menurut Dwi, aktivitas sekolah juga dibatasi, bahkan ada yang diliburkan. Sekolah yang diliburkan itu adalah PAUD Maarif yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari lokasi bocornya pipa. ”Anak-anak Madrasah Ibtidaiyah Maarif Tarisi masih masuk karena ada tes, tetapi setelah itu langsung pulang. Tidak ada kegiatan pembelajaran,” ujarnya.
Seperti diberitakan, kebocoran terjadi pada pipa CB (Cilacap-Balongan) 1 yang menyalurkan BBM jenis solar dari Terminal BBM Lomanis ke TBBM Tasikmalaya dan TBBM Ujungberung. Bocornya pipa tersebut terjadi saat pengerjaan proyek pengembangan pipa CB III (Kompas, 8/10/2019).
Senior Supervisor Communication & Relations Pertamina Marketing Operation Region IV Arya Yusa Dwicandra saat dihubungi membantah luasan lahan yang tercemar. ”Wilayah yang tercemar tidak sampai 1 hektar, sekitar 0,5 hektar. Hasil cek lapangan kemarin radius 50 meter dari titik kebocoran. Pertamina telah bertemu dengan lurah dan kadus (kepala dusun) setempat serta telah mendata warga terdampak. Segala kerugian akan ditanggung,” kata Arya.
Investigasi terus dilakukan. Namun, jika dikarenakan terlindas alat berat, itu tidak benar.
Arya juga menyampaikan, kebocoran pipa bukan disebabkan oleh karena pipa terlindas alat berat. Penyebab masih didalami karena pipa CB III yang akan dipasang merupakan penambahan dari pipa CB I dan CB II yang telah ada sebelumnya. ”Dikarenakan telah ada pipa, risiko pekerjaan pun menjadi tinggi. Investigasi terus dilakukan. Namun, jika dikarenakan terlindas alat berat, itu tidak benar,” tutur Arya.
Arya juga menyebutkan, jumlah warga yang mengungsi hanya tiga keluarga dan PT Pertamina memberikan bantuan keperluan sehari-hari. PT Pertamina memprioritaskan penanganan pada tiga aspek. Tiga aspek itu adalah perbaikan pipa, penyedotan solar di area, dan pemulihan lahan serta tanaman terdampak.
Pertamina mengerahkan 200 personel yang bekerja selama 24 jam per hari untuk membersihkan dampak kebocoran dengan menurunkan vacuum truck (truk penyedot), mobil pemadam, mobil tangki. Pertamina juga bekerja sama dengan pemadam kebakaran, kepolisian, serta Dinas Lingkungan Hidup Cilacap.