Generasi Muda Didorong Menjaga Indonesia Sebagai Rumah Bersama
Generasi muda Kalimantan Barat khususnya mahasiswa didorong untuk menjaga Indonesia sebagai “rumah bersama”. Untuk dapat menjaga “rumah bersama” perlu terus menjaga Pancasila, membentengi diri dari berbagai pengaruh.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Generasi muda Kalimantan Barat khususnya mahasiswa didorong untuk menjaga Indonesia sebagai “rumah bersama”. Untuk dapat menjaga “rumah bersama” itu perlu terus menjaga Pancasila, membentengi diri dari berbagai pengaruh radikalisme serta berperan dalam mengembangkan semangat toleransi.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, dalam acara Dialog Kebangsaan Lintas Generasi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (10/10/2019), menuturkan, untuk merawat kemajemukan yang ada, masyarakat hendaknya jangan eksklusif. Perlu membangun sikap yang terbuka satu sama lain.
Apalagi, setiap agama tentu sudah diatur bagaimana menjalani hubungan di tengah kemajemukan yang ada. Semuanya itu agar saling menghargai satu sama lain. “Jangan sampai ada yang berpikir ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.
NKRI harus terus dipertahankan karena untuk merebut kemerdekaan bersusah payah. Indonesia selama 350 tahun dijajah. Bahkan, dua generasi di Kalbar yang hilang karena penjajahan Jepang.
Jangan sampai ada yang berpikir ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), ujar Sutarmidji
Panglima Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura Mayor Jenderal M Nur Rahmat, menuturkan, NKRI dibentuk melalui perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan yang tidak mudah itulah melahirkan semangat nasionalisme.
“Indonesia juga memiliki budaya gotong royong karena memiliki peradaban yang tinggi. Masyarakatnya punya semangat kebersamaan. Hal ini perlu terus dipertahankan sebagai nilai-nilai luhur,” kata Rahmat.
Sebagai generasi penerus bangsa, generasi muda juga hendaknya mengetahui konsensus nasional dan nilai-nilainya. Selain itu, yang paling penting bagaimana generasi muda mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Saat generasi muda memahami Pancasila maka muncullah semangat toleransi dan tenggang rasa. Peran mahasiswa sangat penting dalam menjaga nilai persatuan, persatuan bangsa serta mengawal kesatuan wilayah.
“Mahasiswa juga menjadi harapan dalam membangun kemandirian teknologi dan ekonomi dan daya saing. Dengan demikian, berkontribusi bagi NKRI untuk mempu bersaing dalam berbagai bidang,” kata Rahmat.
Namun, mahasiswa juga hendaknya mewaspadai tantangan berupa pengaruh dari segelintir orang yang mencoba menggantikan ideologi bangsa ini. Selain itu waspadai pengaruh internet yang dipergunakan oleh berbagai gerakan untuk memengaruhi generasi muda, misalnya saja pengaruh Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Mahasiswa juga menjadi harapan dalam membangun kemandirian teknologi dan ekonomi dan daya saing. Dengan demikian, berkontribusi bagi NKRI untuk mempu bersaing dalam berbagai bidang, kata Rahmat
Wajidi Sayadi mewakili Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, menuturakan, radikalisme akar dari terorisme. Terorisme benar-benar ada dan bukan rekayasa intelejen. Bahkan, salah satu teroris yang sudah tertangkap ternyata pernah ke Pontianak.
Seseorang menjadi teroris bisa karena faktor kekecewaan terhadap pemerintah karena sebelumnya terus tergusur tempat tinggalnya, sehingga terus terimpit dan lari ke hutan. Kemudian, masalah ketidakadilan. Maka, pemerintah juga perlu memperhatikan hal-hal seperti itu jangan sampai terjadi ketidakadilan.
Menumbuhkan gerakan tertentu
Selain itu faktor isu internasional. Intervensi Amerika Serikat ke negara Islam menumbuhkan gerakan-gerakan tertentu. Kemudian, faktor lainnya munculnya NIIS juga turut memicu. Ada juga karena pengaruh pemahaman agama yang dangkal.
Muhammad Nasir mantan narapidana terorisme yang diundang dalam dialog tersebut, mengungkapkan, generasi muda hendaknya mewaspadai upaya-upaya perekrutan oleh teroris. Di masa kini, mereka bisa menggunakan handphone, internet, mengedarkan video, dan bacaan-bacaan yang mengandung paham kekerasan. Mahasiswa biasanya penasaran dengan sesuatu, sehingga semakin didalami. Jika mahasiswa hanyut maka akan terpengaruh.
Supaya terhindar dari pengaruh-pengaruh terorisme, Nasir menyarankan agar generasi muda mengembangkan yang ia sebut respons dari dalam diri. Bayangkan jika yang menjadi korban kejahatan itu adalah keluarga sendiri bagaimana rasanya. Dengan demikian, diharapkan tidak terpengaruh.
Kemudian, sesuatu yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan norma kemanusiaan atau tidak. Selain itu, bersikap kritis tentang apa yang dibaca, dilihat, ditonton, dan didengar. Selain itu membangun dialog.
Kepala Kepolisian Daerah Kalbar Inspektur Jenderal Didi Haryono, mengajak generasi muda untuk menjiwai dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi, di Kalbar ada 17 etnis, sehingga toleransi perlu terus dikembangkan.
Demikian, juga dengan terorisme perlu dicegah. Apalagi, dua tahun terakhir terdapat beberapa pengungkapan kasus terorisme di Kalbar. Pada 2018 ada tujuh kasus dan pada 2019 ada satu kasus. Namun, terduganya bukan orang Kalbar.
Rektor IAIN Pontianak Syarif, menuturkan, IAIN Pontianak berkomitmen menjadi garda terdepan dalam menjaga rumah besar Indonesia. Sejak awal mahasiswa masuk ke IAIN sudah diisi dengan wawasan kebangsaan dan moderasi beragama.
Selain itu selalu menanamkan pengetahuan agama yang benar. Hal itu penting karena berdsarkan penelitian radikalisme terjadi karena basis pengetahuan seseorang mengenai agama yang kurang.