Kampus Didorong Penuhi Tenaga Profesional Teknologi Digital
Kebutuhan sumber daya manusia profesional di bidang teknologi digital Indonesia meningkat seiring dengan perkembangan perusahaan rintisan bidang teknologi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kebutuhan sumber daya manusia profesional di bidang teknologi digital Indonesia meningkat seiring dengan perkembangan perusahaan rintisan bidang teknologi atau tech start up. Adaptasi kurikulum dari kampus diharapkan dapat mencetak lulusan yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Di hadapan ratusan peserta Seminar Technology for Humanity di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (12/10/2019), Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan, tenaga profesional untuk tech start up bertambah seiring dengan kehidupan masyarakat yang tidak bisa jauh dari teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan sumber daya manusia di bidang ini mencapai 600.000 orang. Bahkan, pada 2030, kebutuhan tersebut diprediksi bertambah hingga jutaan tenaga profesional.
”Bayangkan, saat ini manusia tidak bisa jauh dari telepon genggam. Semua kebutuhan ada di dalamnya. Sekarang saja, hampir tidak ada pengguna telepon pintar di Indonesia yang belum pernah mengakses aplikasi transportasi daring atau sekadar pesan makanan. Makanya, kebutuhan ini akan terus bertambah,” ujar Rudiantara dalam seminar yang diadakan Institut Insinyur Listrik dan Elektronik ITB itu.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, lanjutnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika memberikan beasiswa pelatihan kepada lebih kurang 25.000 orang generasi muda. Beasiswa yang diberikan bukanlah berupa pendidikan reguler, tetapi pelatihan di sejumlah perusahaan teknologi dunia, seperti Google, Apple, dan Amazon.
Rudiantara berujar, pemberian beasiswa ini direncanakan bertambah menjadi 50.000 penerima pada 2020. Namun, generasi muda yang berkesempatan untuk belajar ini tidak hanya diharapkan menjadi tenaga profesional di bidang teknologi digital, tetapi juga mampu membuka lapangan kerja dengan membuka perusahaan rintisan baru sesuai dengan minat mereka.
”Sekarang masih berproses. Kalau mendapatkan timbal balik positif, akan kami tambah tahun depan dengan porsi yang lebih banyak. Namun, saya tidak memaksa mereka menjadi tenaga profesional atau sebagai wirausaha. Yang penting, mereka bermanfaat bagi masyarakat,” ucapnya.
Kurikulum kampus
Rudiantara melanjutkan, pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan tenaga profesional tersebut tanpa kerja sama dari berbagai pihak, terutama pendidikan, seperti perguruan tinggi. Dia berharap, lembaga pendidikan dan perguruan tinggi bisa menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas sehingga tech start up bisa berkembang dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Lulusannya harus betul-betul menyasar kebutuhan dunia kerja.
Rudiantara berpendapat, studi yang ada di perguruan tinggi perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, terutama di bidang teknologi digital. Adaptasi kurikulum diharapkan bisa menyokong perkembangan teknologi digital di Indonesia dalam menyambut industri 4.0. ”Lulusannya betul-betul harus menyasar kebutuhan dunia kerja,” ujarnya.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi yang turut hadir dalam seminar menuturkan, untuk mempersiapkan tantangan teknologi tersebut, pihaknya telah menerapkan kurikulum yang berbasis teknologi digital di perkuliahan dasar seluruh program studi (prodi) S-1. Dia berharap, upaya ini mampu menambah pola pikir mahasiswa untuk lebih melek teknologi digital.
”Kami memiliki 50 program studi S-1. Dalam kurikulum dasarnya, setiap prodi memiliki basis teknologi informasi digital, seperti Komputer dan Data Analitik. Di beberapa prodi juga kami masukkan studi artificial intelligence (kecerdasan buatan). Harapannya, dengan ilmu tersebut, mereka bisa masuk ke sektor mana saja yang dibutuhkan, tidak hanya prodi yang mereka dalami,” tuturnya.