Untuk menarik kunjungan wisatawan, Pemerintah Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, kembali menggelar festival kopi pada tahun ini. Festival bakal diisi beragam kegiatan, mulai dari pameran kopi hingga edukasi tentang kopi.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Untuk menarik kunjungan wisatawan, Pemerintah Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, kembali menggelar festival kopi pada tahun ini. Festival bakal diisi beragam kegiatan seperti pameran kopi, minum kopi bersama, edukasi kopi, dan kompetisi meracik kopi.
Festival kopi akan digelar pada 18-20 Oktober 2019 di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Diprediksi, festival kopi akan dihadiri ribuan pengunjung dalam dan luar negeri.
Kepala Dinas Pariwisata Banda Aceh Iskandar, Rabu (16/10/2019), menuturkan, meski bukan daerah penghasil kopi, Banda Aceh adalah tempat tepat bagi para penikmat kopi. Sajian kopi terbaik mulai arabika dan robusta tersedia di Banda Aceh. Ibu kota Provinsi Aceh itu dijuluki ”Kota Seribu Satu Warung Kopi”.
Iskandar mengatakan festival kopi yang digelar setiap tahun untuk memperkuat citra Banda Aceh sebagai destinasi wisata kopi di Indonesia. ”Kami menjadikan kopi sebagai daya tarik wisatawan Nusantara dan asing ke Banda Aceh,” kata Iskandar.
Festival kopi tahun ini mengangkat tema ”Aceh Coffee is the Taste of the World”. Sebanyak 28 kedai kopi dengan ragam cara penyajian akan melayani para pengunjung festival. Dengan menghadirkan mobil kedai kopi, membuat festival tahun sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya.
Iskandar mengatakan, festival kopi bukan hanya untuk menarik wisatawan, melainkan ikut menggerakkan aktivitas ekonomi warga kota. ”Kopi kini menjadi komoditas ekonomi warga yang menjanjikan baik di hulu maupun di hilir,” kata Iskandar.
Ketua panitia pelaksana acara ini, Iskandar Zulkarnaen mengatakan, festival dimeriahkan beragam kegiatan, di antaranya kompetisi meracik kopi menggunakan alat dan manual, kompetisi mural tema kopi, musik, dan dialog kopi. ”Pengunjung juga akan diberikan kupon minum kopi gratis racikan tradisional dan modern,” kata Zulkarnaen.
Zulkarnaen menambahkan, kopi yang disajikan merupakan kopi gayo, baik arabika dan robusta. Namun, perbedaan peracikan dan penyajian akan membuat pengunjung menemukan sensasi lain di festival. Kedai Kopi Moorden, misalnya, menyajikan kopi arabika campur nira dan Kedai Kopi Khop menyajikan kopi dalam gelas terbalik.
Selain menggerakkan ekonomi warga, ini menjadi ajang promosi kopi dan memperkenal racikan kopi Aceh dengan berbagai varian rasa.
”Selain menggerakkan ekonomi warga, ini menjadi ajang promosi kopi dan memperkenal racikan kopi Aceh dengan berbagai varian rasa,” ujar Zulkarnaen.
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan, pada 2019 target kunjungan wisatawan baik dalam dan luar negeri ke Banda Aceh sebanyak 1 juta orang. Pada 2018, jumlah kunjungan mencapai 500.000 orang.
Jumlah kunjungan ke Banda Aceh terus meningkat. Pada 2010, jumlah kunjungan hanya 140.000 orang. Artinya selama tujuh terjadi peningkatan kunjungan mencapai dua kali lipat. Infrastruktur wisata seperti hotel juga bertambah.
Bisnis perhotelan juga tumbuh di Banda Aceh delapan tahun terakhir. Pada tahun 2010, jumlah hotel dan wisma di Banda Aceh hanya 39 unit. Pada 2018, naik hampir 100 persen menjadi 77 unit.
”Kita semua harus optimistis dengan prospek pariwisata di kota ini. Kemajuan di sektor wisata akan mendongkrak perekonomian kota,” kata Aminullah. Banda Aceh memiliki potensi wisata bahari, sejarah, religi, budaya, edukasi tsunami, dan kuliner.