Udara Sangat Tidak Sehat, Libur Sekolah di Palembang Diperpanjang
Pemerintah Kota Palembang memutuskan memperpanjang libur sekolah hingga Jumat (18/10/2019). Keputusan dibuat karena kondisi udara Palembang dalam kategori sangat tidak sehat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS - Pemerintah Kota Palembang memutuskan memperpanjang libur sekolah hingga Jumat (18/10/2019). Keputusan dibuat karena kondisi udara Palembang dalam kategori sangat tidak sehat. Siswa baru akan kembali masuk sekolah, saat udara di Palembang membaik.
Hingga Rabu ini, ada lebih dari 500 sekolah yang diliburkan di Palembang. Sekolah yang diliburkan pada tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan SMP. "Mudah-mudahan udara segera membaik," kata Kepala Bidang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dinas Pendidikan Kota Palembang, Herman Wijaya, Rabu (16/10/2019).
Sesuai alat pemantau mutu udara BMKG, kualitas udara di Palembang masih pada kisaran sangat tidak sehat hingga berbahaya. Hal serupa terjadi pada Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang menyentuh angka 241 atau masuk dalam kategori sangat tidak sehat.
Tujuh helikopter bom air dikerahkan di Muara Enim, Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ilir.
“Kami tidak ingin mengambil risiko karena anak kecil sangat berisiko terkena penyakit akibat asap,” kata Herman. Itu juga diperkuat adanya surat edaran dari Wali Kota Palembang No. 45/Disdik/2019 perihal edaran perpanjangan libur belajar-mengajar mengenai kabut asap.
Pemerintah Kota Palembang sudah dua kali memutuskan meliburkan siswa dari tingkat PAUD sampai SMP. Sebelumnya, Senin (23/9/2019), pemerintah kota Palembang juga memutuskan meliburkan kegiatan belajar-mengajar juga karena asap yang pekat. “Hal ini juga atas permintaan orangtua yang khawatir anaknya keluar rumah di tengah pekatnya kabut asap,” katanya.
Konsekuensi meliburkan siswa, maka akan ada banyak materi tertinggal. Namun, seiring dengan pertimbangan kesehatan anak maka keputusan meliburkan harus dilakukan.
Asap di kota Palembang memang masih sangat pekat, terutama pagi dan sore hari. Jarak pandang saat pagi hari terbatas. Bau asap juga sangat menyengat. "Asap sangat pekat. Bahkan saat mengendari sepeda motor. Mata perih," kata salah satu warga Palembang, Aji Putra. Saat malam, bau asap menyeruak sampai ke dalam rumah.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daearah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, asap berasal dari kebakaran lahan di Sumsel, seperti di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, dan sekitar kota Palembang.
Hingga Selsa kemarin, jumlah titik panas di Sumsel mencapai 776 titik panas, terbanyak ada di kawasan Ogan Komering Ilir dengan 434 titik panas. Jumlah ini lebih banyak dibanding hari sebelumnya yakni 415 titik.
Bom air
Petugas pemadam masih dikerahkan di lapangan, terutama di kabupaten Ogan Komering Ilir. Tujuh helikopter bom air dikerahkan di Muara Enim, Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ilir. Petugas di lapangan mengalami kendala, seperti menurunnya debit air di sejumlah sumber air dan kencangnya embusan angin.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Bambang Beny Setiaji mengatakan, seiring adanya konvergensi (pertemuan massa udara) dari laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Australia maka akan mengakibatkan potensi pertumbuhan awan yang signifikan di wilayah Sumsel bagian timur pada Rabu sore dan berpotensi hujan ringan hingga-sedang disertai petir dan angin kencang.
Kondisi itu akan berlanjut pada 17-18 Oktober 2019, yang disebabkan melemahnya Badai Tropis Hagibis di Laut Cina Selatan dan masih adanya pusat tekanan rendah di wilayah tersebut. Kondisi angin timuran yang menuju pusat tekanan rendah di Samudera Hindia juga akan membawa uap air dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa yang memicu potensi hujan di wilayah Sumsel bagian Barat-Utara (Kab. Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kab. Muba, Kab. Lahat, dan Kab. Muara Enim) pada 17-18 Oktober 2019.
Secara lokal, hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel. Itu dipicu kelembapan udara lapisan atas yang cukup memadai untuk pertumbuhan awan. Biasanya, hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat), dan berpotensi petir disertai angin kencang.