Jelang Pelantikan Presiden, Kepala Polda Bali Kumpulkan Pecalang dan Bhabinkamtibmas di Bali
Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose mengumpulkan seluruh anggota Bhabinkamtibmas di Bali bersama pecalang jelang pelantikan Presiden.
Oleh
cokorda yudistira
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024 pada Minggu (20/10/2019), Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose mengumpulkan seluruh anggota Bhabinkamtibmas di Bali bersama pecalang, atau petugas pengamanan desa adat di Bali, di Denpasar, Bali, Kamis (17/10).
Selain mengumpulkan bhabinkamtibmas dan pecalang, Golose juga menghadirkan seluruh kepala polres dan polsek di Bali. Acara pengarahan dari Kepala Polda Bali terkait kesiapan pengamanan Bali itu juga diikuti jajaran Komando Daerah Militer (Kodam) IX/Udayana dan pimpinan Majelis Desa Adat di Bali.
Golose menekankan, pecalang sebagai aparatur keamanan swakarsa di lingkungan desa adat di Bali menjadi mitra kepolisian dan tentara dalam menjaga situasi keamanan daerah yang kondusif. Pecalang berperan menciptakan ketertiban dan kenyamanan di masyarakat di Bali. Dalam menjalankan tugasnya di lingkungan desa adat, menurut Golose, pecalang berpartisipasi dalam membantu tugas aparat keamanan negara.
“Saya berharap pecalang mempunyai kemampuan mendukung aparat penegak hukum dan keamanan berdasarkan undang-undang dan peraturan yang ada. Ini penting dan saya tetap menjaga pada koridornya,” kata Golose serangkaian acara pengarahan kepada bhabinkamtibmas dan pecalang se-Bali itu.
Sejumlah 726 personel bhabinkamtibmas di seluruh Bali bersama 2.900-an orang pecalang se-Bali mengikuti pengarahan Golose tersebut. Kepala Bidang Keamanan dan Ketertiban Majelis Utama Desa Adat Provinsi Bali Dewa Made Parsana menyatakan, pengarahan dari Kepala Polda Bali itu mengingatkan kembali akan kewajiban dan tugas setiap pecalang sebagai perangkat jaga bhaya.
“Kegiatan yang difasilitasi Kepala Polda Bali ini sangat positif,” kata Parsana seusai acara pengarahan dari Kepala Polda Bali. “Kami juga berharap pecalang dapat membantu dalam pengamanan, terutama dari wilayah desanya masing-masing,” ujar Parsana.
Antisipasi
Dalam pengarahannya, Golose menyebutkan situasi global berdampak terhadap kondisi Indonesia, termasuk Bali. Keberadaan kelompok-kelompok radikal maupun organisasi teroris internasional juga masuk ke wilayah Indonesia selain menyebar ke negara lain. Golose menyatakan, masyarakat Bali memiliki pengalaman tindakan kelompok teroris melalui dua kali peristiwa peledakan bom di Bali, yakni pada 2002 dan 2005.
Golose juga menyebutkan, Polda Bali bersama Densus 88 belum lama ini mengamankan dua orang, yang masing-masing berinisial AT dan ZAI karena keduanya diduga tersangkut kasus penyerangan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Pertahanan (Menkopolhukam) Wiranto.
Pascakasus penyerangan itu, menurut Golose, polisi sudah menangkap 28 orang di sembilan daerah, termasuk dua orang di Banten, dua orang di Bali, tujuh orang di Jawa Barat, dan tujuh orang di Jawa Tengah.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Bali Komisaris Besar Hengky Widjaja, AT dan ZAI diduga berhubungan dengan AR, tersangka penyerang Wiranto di Banten, melalui media sosial. Kedua terduga yang ditangkap di Bali, yakni AT dan ZAI, masih ditahan untuk diperiksa dan diminta keterangannya.
Lebih lanjut Golose menyatakan, kelompok radikal maupun jaringan teroris juga memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan paham mereka maupun untuk menyebarkan ujaran kebenciannya. Golose menyebutkan, kepolisian terus mengawasi dan mengantisipasi gerakan kelompok maupun upaya penyebaran paham radikal itu.