Tim Densus 88 Antiteror Polri terus memburu sel teroris di Lampung. Kali ini, tim kembali menggeledah rumah kos SRF, terduga teroris yang statusnya buron.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri terus memburu sel teroris di Lampung. Kali ini, tim kembali menggeledah rumah kos SRF, terduga teroris yang statusnya masih buron.
Pada Senin (21/10/2019), Tim Densus kembali menggeledah sebuah rumah kos di Kelurahan Pelita, Kecamatan Enggal, Bandar Lampung. Penggeledahan ini menyusul penangkapan empat terduga teroris, Senin (14/10/2019).
Dari hasil penggeledahan, tim menemukan tiga bungkus plastik yang diduga berisi bahan peledak dan kertas. Barang bukti itu lalu dibawa oleh Tim Gegana Polda Lampung untuk diselidiki.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas dari sejumlah anggota Tim Densus di lokasi penggeledahan, SRF merupakan pimpinan kelompok kecil sel teroris di Lampung. Dia memimpin beberapa orang dalam jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Hingga kini, SRF masih dikejar polisi.
Sebelumnya, Tim Densus menangkap empat terduga teroris, yakni R, AH, Y, dan T. Setelah diperiksa, T dipulangkan karena tidak terindikasi dalam jaringan terorisme tersebut.
Dari situ, Tim Densus menggeledah rumah nenek terduga teroris R pada Selasa (15/10/2019). Di sana, disita barang bukti berupa bahan peledak dan detonator. Kelompok ini diduga akan melakukan aksi bom bunuh diri di Lampung. Sejumlah lokasi yang menjadi target antara lain tempat hiburan malam dan pusat keramaian.
Tim Densus pun melanjutkan penggeledahan di rumah orangtua terduga teroris Y, yang letaknya tak jauh dari rumah kos SRF. Meski begitu, Tim Densus tidak menemukan benda mencurigakan dari rumah tersebut.
Helmi (60), tetangga terduga teroris Y, menuturkan, Y dan SRF sering kali terlihat bersama. Sehari-hari, mereka bekerja sebagai tukang pembersih kaca gedung-gedung bertingkat. Meski begitu, Helmi tak mengira kedua tetangganya itu terpapar paham radikal.
”Selama ini tidak ada yang mencurigakan. Y sering ngobrol dengan tetangga, tetapi SRF agak tertutup,” ujar Helmi saat ditemui di lokasi penggeledahan.
Lurah Pelita Wafdi Kurnia menuturkan, berdasarkan keterangan pihak keluarga, SRF terakhir kali pamit untuk bekerja satu minggu lalu. Hingga kini, keluarga dan para tetangga belum mengetahui keberadaan pria tersebut.
Selama ini, pihak kelurahan tidak pernah mendapat laporan kejahatan yang dilakukan SRF. Meski agak tertutup, SRF juga sebenarnya cukup aktif dalam kegiatan rukun warga. Saat ini, dia menjadi ketua rukun kematian yang membantu mengurus pemakaman warga yang meninggal.
Camat Enggal Samsu Rijal menuturkan, pihaknya akan memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan para ketua RT, Babinsa, dan warga di lingkungannya. Hal ini agar tidak ada lagi terduga teroris yang bersembunyi di wilayah Kecamatan Enggal.
Secara terpisah, Abdul Syujur dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Lampung menuturkan, Lampung menjadi lokasi persembunyian teroris karena lokasinya dekat dengan Ibu Kota. Selain itu, wilayah Lampung yang luas dan mempunyai garis pantai yang panjang juga dinilai cukup strategis untuk menjadi lokasi persembunyian.
Dari sisi budaya, masyarakat Lampung juga terbuka dengan warga pendatang. Kondisi itu dimanfaatkan oleh sel teroris untuk masuk dan tinggal di Lampung. Untuk itu, diperlukan kepekaan dan kewaspadaan dari warga sekitar saat melihat orang baru di lingkungannya.