Korban angin kencang di Kecamatan Pangalengan dan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai memperbaiki rumah mereka yang rusak, Selasa (22/10/2019). Namun, lebih dari 1.000 warga masih mengungsi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Korban angin kencang di Kecamatan Pangalengan dan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai memperbaiki rumah mereka yang rusak, Selasa (22/10/2019). Namun, lebih dari 1.000 warga tetap mengungsi karena bencana itu masih mengancam.
Angin dengan kecepatan hingga di atas 27 kilometer per jam melanda Pangalengan dan Kertasari pada Minggu malam hingga Senin (21/10/2019) sore. Akibatnya, 33 rumah rusak berat, 1.133 rusak sedang, dan 2.406 rusak ringan. Lebih dari 1.000 warga mengungsi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, angin kencang yang melanda Bandung dan wilayah Jabar lainnya dipengaruhi oleh fenomena topan Neoguri dan badai siklon Bualoi. Potensi angin kencang ini diprediksi berlangsung hingga awal November.
Selasa siang, warga Desa Banjarsari, Pangalengan, mulai memperbaiki atap rumah mereka yang rusak. Namun, warga belum berani tidur di rumah pada malam hari karena khawatir angin kencang kembali melanda.
”Terlalu berbahaya kalau tidur di rumah. Selain atap belum selesai diperbaiki, angin kencang bisa sewaktu-waktu mengancam,” ujar Santi (35), warga Desa Banjarsari, yang mengungsi ke kantor RW 001.
Berdesakan
Meskipun harus berdesakan dengan warga lainnya, Santi mengatakan lebih nyaman tidur di kantor RW. Sebab, dia merasa aman bersama warga lainnya karena lebih mudah saling menolong saat angin kencang kembali melanda.
Tidak kurang dari 50 warga mengungsi ke kantor RW tersebut. Warga lainnya mengungsi ke masjid dan rumah kerabat. Pengungsi didominasi ibu-ibu dan anak-anak. Sementara para lelaki melakukan ronda malam.
”Harus ada yang berjaga-jaga karena kami yakin masih ada potensi terjadi angin kencang lagi,” ujar Suhaya (53), warga Desa Banjarsari.
Angin kencang yang melanda Bandung dan wilayah Jabar lainnya dipengaruhi oleh fenomena topan Neoguri dan badai siklon Bualoi. Potensi angin kencang ini diprediksi berlangsung hingga awal November.
Suhaya menceritakan, Minggu malam, saat hendak tidur, dirinya mendengar suara gemuruh angin. Dia pun keluar rumah dan melihat ranting-ranting pohon patah.
Angin semakin kencang pada Senin dini hari. Genteng rumahnya mulai berjatuhan, sementara seng atap dapurnya beterbangan.
”Warga ketakutan dan tidak berani tidur di rumah. Jadi, warga baru berani memperbaiki rumah pada Senin sore saat angin sudah reda,” ujarnya.
Selain melanda Desa Banjarsari, angin kencang di Pangalengan juga merusak rumah warga di Desa Margamulya, Margamukti, Wanasuka, dan Lamajang. Sementara di Kertasari, angin kencang melanda Desa Neglawangi, Santosa, dan Tarumajaya.
Angin kencang juga menyebabkan ratusan pohon di jalan Pangalengan-Kertasari dan jalan Pangalengan-Malabar tumbang. Jalan tersebut terputus pada Minggu dan Senin. Namun, sejak Selasa siang, jalan tersebut sudah dapat dilalui.
Pohon tumbang menimpa sejumlah tiang listrik sehingga aliran listrik terputus. Hingga Selasa sore, petugas Perusahaan Listrik Negara masih berupaya memulihkan jaringan listrik tersebut.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Agus Mulya mengatakan, kawasan terdampak ini masuk ke dalam zona rawan bencana. ”Terutama di kawasan yang memiliki pohon tinggi dan tua yang berpotensi tumbang,” ujarnya.
Bupati Bandung Dadang M Naser menyatakan, prioritas petugas saat ini adalah membuka akses jalan dari Kecamatan Pangalengan menuju Kecamatan Kertasari. Banyak pohon tumbang yang menghalangi jalan.
”Akses yang tertutup itu jalur utama, jadi fatal akibatnya. Karena itu, pohon-pohon kami pinggirkan sehingga jalan bisa dilalui,” ucapnya.