Angin kencang hingga 60 kilometer per jam melanda Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Jawa Barat. Dampaknya, Kebun Raya Kuningan ditutup sementara, sedangkan 21 rumah di Majalengka rusak.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Angin kencang hingga 60 kilometer per jam melanda Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Jawa Barat. Dampaknya, Kebun Raya Kuningan ditutup sementara, sedangkan 21 rumah di Majalengka rusak. Kondisi tersebut diperkirakan masih mengancam hingga besok.
”Angin kencang sekali. Di kebun raya, dahan-dahan pohon patah. Akibatnya, kebun raya ditutup sejak pagi,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Kebun Raya Kuningan Ali Zaenal, Selasa (22/10/2019).
Kebun Raya Kuningan (KRK) terletak di Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, sekitar 40 kilometer dari pusat pemerintahan Kuningan. Lokasinya sekitar 490 meter hingga 800 meter di atas permukaan laut. Kebun raya seluas 160 hektar itu dipadati pohon besar dan rimbun.
”Penutupan demi keamanan pengunjung. Ini sudah biasa dilakukan kalau angin kencang. Lama penutupan tergantung situasi. Sebab, angin kencang juga dapat membuat api membesar jika terjadi kebakaran hutan dan lahan,” kata Zaenal. Tahun lalu, sekitar 40.000 pengunjung berwisata ke KRK.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kuningan Agus Mauludin mengatakan, pihaknya belum mendapatkan dampak kerusakan akibat angin kencang yang terjadi sejak Senin (21/10) di Kuningan. ”Kami sudah sosialisasi kepada masyarakat agar waspada angin kencang, seperti memotong pohon-pohon yang tua,” ungkapnya.
Dampak kerusakan angin kencang dilaporkan di Desa Argamukti dan Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Senin sekitar pukul 23.00. BPBD Kabupaten Majalengka mencatat sebuah rumah di Argamukti dan 20 rumah di Tejamulya rusak ringan. Di daerah tersebut, genteng-genteng rumah warga beterbangan.
”Seorang warga luka robek di pelipis mata akibat terkena material bangunan,” ujar Iyan Indra Gunawan dari Pusdalops BPBD Majalengka. Petugas masih mendata total kerugian akibat angin kencang.
Angin kencang, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kertajati, diprediksi masih akan berlangsung hingga Rabu (23/10). BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati mencatat, kecepatan angin dari arah Timur hingga Tenggara mencapai 50 kilometer (km) per jam.
Bahkan, kecepatannya diperkirakan bisa mencapai 60 km per jam. Padahal, dalam kondisi normal, kecepatan angin hanya sekitar 20 km per jam. Dengan kecepatan seperti itu, pohon-pohon terancam tumbang.
Fenomena angin kencang dipicu arus Jetstream pada lapisan atas antartropis dari ketinggian 1.000-1.500 meter dari permukaan laut, yang dirasakan di sepanjang dataran tinggi Jabar, seperti Kuningan dan Majalengka. Peningkatan suhu udara lokal juga menyebabkan peningkatan kecepatan angin di daerah atas, terutama pegunungan.
Fenomena angin kencang juga pernah terjadi pada awal Agustus lalu di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Kecepatannya mencapai 56 kilometer per jam. BMKG Stasiun Kertajati mencatat, kasus angin kencang pada Januari-September 2019 sebanyak 42 kali. Tidak ada korban jiwa dalam kasus itu.
Peningkatan suhu udara lokal juga menyebabkan peningkatan kecepatan angin di daerah atas, terutama pegunungan.
Namun, Agustus tahun lalu, Rawika, warga Majalengka, meninggal setelah tertimpa pohon randu setinggi 15 meter dengan diameter 100 sentimeter yang tumbang di Jalan Pemuda, Kota Cirebon. Pemicunya adalah angin kencang.
Pakirawan BMKG Stasiun Kertajati, Ahmad Faa Izyn, meminta masyarakat lebih berhati-hati terhadap dampak angin kencang, seperti debu, pohon tumbang, serta material ringan yang dapat beterbangan. Hal itu dapat membahayakan.
”Jika beraktivitas di luar ruangan sebaiknya menggunakan masker. Minum air putih yang cukup agar tidak dehidrasi. Jangan membuang puntung rokok dan membakar sampah sembarangan karena bisa memicu kebakaran lahan,” ujarnya.