Sulawesi Tengah mulai memasuki musim hujan. Berdasarkan peta kerentanan bencana, sebagian besar wilayah di provinsi itu sering dilanda banjir. Semua pihak diharapkan waspada menghadapi ancamannya.
Oleh
Videlis Jemali
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Sulawesi Tengah mulai memasuki musim hujan. Berdasarkan peta kerentanan bencana, sebagian besar wilayah di provinsi itu sering dilanda banjir. Semua pihak diharapkan waspada menghadapi ancaman banjir.
Hujan dengan intensitas sedang mengguyur Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala, Minggu (20/10/2019) sore hingga malam, selama sekitar 3 jam. Hujan dengan intensitas sedang diperkirakan masih mengguyur sebagian wilayah Sulteng hingga dua hari ke depan disertai angin kencang dengan kecepatan hingga 40 kilometer per jam. Daerah-daerah itu, antara lain, adalah Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-Una, dan Banggai.
Koordinator Analis dan Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Affan Nugraha menyampaikan, saat ini Sulteng memang memasuki musim hujan. Indikasinya adalah terjadinya tekanan rendah di belahan selatan secara global.
Kondisi itu berlaku untuk wilayah Indonesia, termasuk Sulteng. Hal itu mengakibatkan curah hujan di atas 50 milimeter (mm) dalam tiga dasarian (sekitar satu bulan) terakhir. Curah hujan tersebut menjadi indikator musim hujan. Pola itu terjadi pada Oktober-Maret. ”Kami secara mutakhir akan memberikan peringatan dini curah hujan untuk daerah-daerah tertentu,” katanya.
Sebagian besar wilayah Sulteng rawan dengan bencana hidrometeorologis, seperti banjir dan longsor. Daerah-daerah itu adalah Sigi, Parigi Moutong, Banggai, Tolitoli, Buol, Morowali Utara.
Pada akhir musim hujan di akhir April 2019, misalnya, banjir bandang disertai lumpur menenggelamkan Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, dan Sigi. Semua rumah tertimbun air dan lumpur setinggi hingga 2,5 meter. Kampung itu pun ditinggalkan. Karena warga siaga, tak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sigi Asrul Repadjori menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan hingga ke tingkat desa untuk waspada banjir dan longsor. Para pemangku kebencanaan yang telah dikoordinasikan ada di Kecamatan Kulawi, Gumbasa, Dolo Barat, Palolo, dan Marawola. Lima wilayah tersebut selama ini cukup rawan banjir dan longsor.
”Hal-hal yang kami koordinasikan antara lain adalah menyiapkan fasilitas umum untuk tempat pengungsian dan mengingatkan warga untuk tetap siaga saat hujan sedang turun,” katanya.
Hal-hal yang kami koordinasikan antara lain adalah menyiapkan fasilitas umum untuk tempat pengungsian dan mengingatkan warga untuk tetap siaga saat hujan sedang turun.
Terkait persediaan logistik untuk kondisi darurat, Asrul memastikan barang-barang tersebut tersedia. Sejumlah instansi lain juga telah dicek kesiapan stoknya. Barang kebutuhan tersebut antara lain beras, mi instan, dan selimut.
Manajer Kampanye dan Perluasan Jaringan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sulteng Stevandi menyatakan, banjir di sejumlah tempat di Sulteng selalu berulang. Namun, tak ada upaya evaluasi dan revitalisasi tata guna lahan, seperti pertanian dan perkebunan di hulu sungai. Pemerintah diharapkan bekerja tak hanya untuk menangani masalah sesaat (penanganan banjir), tetapi juga mencanangkan program jangka panjang untuk mengurangi bencana.