Khawatir sektor properti akan semakin lesu sebagai dampak pengurangan kuota rumah bersubsidi, pengembang perumahan di Manado berupaya memasarkan rumah nonsubsidi dengan memberikan insentif dalam berbagai rupa.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Kuota rumah bersubsidi secara nasional akan dikurangi dari 168.000 unit tahun ini menjadi sekitar 100.000 unit pada 2020. Khawatir sektor properti akan semakin lesu, pengembang perumahan di Manado berupaya memasarkan rumah nonsubsidi dengan memberikan insentif dalam berbagai rupa.
Asisten Manajer Penjualan Regional VII Perusahaan Umum Perumnas Andi Ismed Beu mengatakan, persediaan rumah bersubsidi semakin terbatas di Sulawesi Utara, terutama di Manado. Di Perumahan Tamara, Kecamatan Mapanget, yang dikembangkan Perumnas, hanya tersisa sekitar 180 dari 900 rumah yang dijual dengan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi.
“Kami terus membangun rumah-rumah baru sebagai bagian dari program Sejuta Rumah. Tapi, kami tidak tahu berapa rumah bersubsidi yang bisa kami sediakan tahun depan. Soalnya, sementara kuota menipis, harga rumah bersubsidi akan naik lagi,” kata Andi, Kamis (24/10/2019), di Manado.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.010/2019, harga rumah yang dibebaskan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Sulawesi naik dari Rp 146 juta pada 2019 menjadi Rp 156,5 juta pada 2020. Rumah yang disubsidi dengan bunga cicilan tetap 5 persen adalah rumah sederhana bertipe 23,5; 27; 30; dan 36.
Memang ada kelesuan, mungkin dari daya beli masyarakat.
Saat ini, belum ada kesepakatan antara Perumnas dengan bank yang ditunjuk pemerintah untuk menyalurkan KPR bersubsidi di Manado. Andi mengatakan, permintaan masyarakat akan rumah bersubsidi selalu tinggi, berbeda dengan rumah nonsubsidi atau komersial. “Memang ada kelesuan, mungkin dari daya beli masyarakat,” katanya.
Hal ini tampak di blok A Perumahan Tamara yang terletak dekat pintu gerbang kompleks. Lebih dari 30 rumah tipe 36 nonsubsidi tak berpenghuni dan tak terawat, begitu pula belasan rumah tipe 45 di belakang blok A. Rumput ilalang tumbuh tinggi di depan rumah. Cat rumah mengelupas. Pintu dan plafon beberapa rumah rusak.
Emy Damopolii (73) adalah salah satu warga yang membeli rumah tipe 36 nonsubsidi. Rumah itu ditempatinya sejak April lalu setelah membayar uang muka Rp 37 juta. Ia dan anaknya mencicil Rp 1,05 juta per bulan selama 15 tahun. Artinya, total nilai pembelian rumah itu Rp 226 juta.
Sebaliknya, rumah-rumah bersubsidi di blok C telah terisi. Sofi (26), yang baru menempati rumahnya tiga bulan lalu, membayar uang muka sekitar Rp 9 juta dan mencicil Rp 1 juta selama 15 tahun.
Rumah seharga Rp 200-500 juta atau lebih jadi tidak diminati.
Andi Ismed Beu mengatakan, rumah-rumah nonsubsidi di blok A telah dibangun sejak 2014 dengan harga Rp 140 juta-an. Saat itu, rumah bersubsidi yang harganya masih di kisaran Rp 110 juta lebih diminati. “Tapi, karena harga rumah bersubsidi naik terus, bisa saja kami jual rumah di blok A dengan subsidi bila dapat kuota. Kami akan perbaiki rumah kalau ada yang minat beli,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Daerah Sulut Real Estate Indonesia (REI) Soni Mandagi mengatakan, saat ini ada sekitar 500 rumah bersubsidi di Manado. “Pengembang di Manado cenderung menjual rumah komersial. Tapi, permintaan rumah sedang tidak bagus. Rumah seharga Rp 200-500 juta atau lebih jadi tidak diminati,” kata Soni.
Sebaliknya, kata Soni, permintaan akan rumah bersubsidi oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) cenderung stabil. Perumahan seperti Puri Manado Permai dan Griya Paniki Indah menangkap peluang dengan membentuk klaster khusus rumah bersubsidi tipe 36.
Walakin, mereka terkendala kuota yang terus dikurangi pemerintah dari tahun ke tahun. Soni mengatakan, kuota nasional rumah bersubsidi pada 2018 sebanyak 283.000 unit, turun menjadi 186.000 unit tahun ini. Tahun depan, kuota dipastikan turun lagi jadi 100.000 unit.
“Pengembang jadi waswas dalam merencanakan pembangunan rumah karena takut tidak kebagian kuota. Kalau rumah tipe 36 dijual di atas harga subsidi, masyarakat tidak akan minat, terutama MBR yang bergantung pada subsidi,” ujar Soni.
Untuk mengatasinya, kata Soni, pengembang REI menggenjot penjualan rumah komersial tipe 45 ke atas dengan insentif berbentuk subsidi selisih bunga (SSB). Pengembang akan memberi subsidi bunga cicilan kepada bank selama jangka waktu tertentu.
“Kami juga beri penambahan mutu rumah dalam bentuk perabotan seperti sofa atau pendingin ruangan. Ini untuk memotivasi masyarakat untuk beli rumah,” kata Soni.
Penuhi kebutuhan
Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kekurangan rumah secara nasional mencapai 11,4 juta unit. Adapun laju kebutuhan rumah setiap tahun sekitar 800.000 unit.
Kepala Bidang Perumahan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (Perkim) Manado Herel Menajang mengatakan, pihaknya belum dapat menentukan jumlah kebutuhan rumah di Manado, terutama yang bersubsidi. “Kami masih menghitung lebih khususnya untuk MBR,” katanya.
Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah kota mendorong pembentukan rumah swadaya. “Pemerintah juga siap membangun rumah susun sederhana,” kata Herel.
Sementara itu, Direktur Pembayaran Bank Sulutgo Machmud Turuis mengatakan, Bank Sulutgo tak menyalurkan KPR sama sekali sepanjang tahun ini. Namun, tahun depan, ditargetkan bisa dapat kuota untuk 200 rumah. "Sebagian kami targetkan untuk membantu masyarakat membeli rumah di daerah Buha, Manado,” katanya.