Dunia perhotelan mulai meninggalkan penggunaan plastik kemasan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Untuk melayani tamu, manajemen hotel mulai menggunakan produk ramah lingkungan seperti air minum isi ulang.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS - Dunia perhotelan mulai meninggalkan penggunaan plastik kemasan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Untuk melayani tamu, manajemen hotel mulai menggunakan produk ramah lingkungan seperti air minum isi ulang, plastik dan kemasan makanan dari serat jagung dan sedotan dari kertas.
“Pelan-pelan kami mulai melakukannya. Kami sudah memulainya dengan tidak menggunakan botol plastik,” kata Manager Harper Wahid Hasyim, Medan, jaringan Hotel Archipelago Internasional, Edi Suprayetno, Jumat, (25/10/2019.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum tamu, hotel menyediakan teko kaca di tiap kamar berikut gelasnya. Di lorong kamar, disediakan tempat pengisian air minum. Para tamu bisa mengambil sendiri air minumnya menggunakan teko yang disediakan itu ke tempat pengisian air minum.
Selain itu, tidak disediakan plastik untuk baju kotor. Jika membutuhkan wadah baju kotor, tamu diminta menghubungi hotel dan hotel akan memberikan kantung yang ramah lingkungan.
Sabun dikemas dalam plastik yang terbuat dari serat jagung. Adapun sedotan menggunakan sedotan dari kertas. Kotak makanan yang berwarna putih kecoklatan seperti styrofoam juga terbuat dari serat jagung. Adapun sikat gigi menggunakan sikat gigi berganggang kayu. Sejauh ini di Kota Medan baru Hotel Harper yang menerapkan konsep ini.
Edi yang juga Sekretaris Asosiasi General Manager Hotel Indonesia (IHGMA) Sumatera Utara mengatakan hotel-hotel di Sumatera Utara sudah mulai tertarik untuk menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Hanya saja, problemnya cukup sulit menemukan pemasok barang ramah lingkungan. “Seluruh barang masih kami ambil dari Bali,” kata Edi.
Edi mengakui belum semua perlengkapan bebas plastik, namun pelan-pelan akan diganti, termasuk hiasan tanaman yang terbuat dari plastik dan pengaduk minuman juga masih dari plastik. "Kalau ada pemasoknya tentu akan segera kami ganti," kata Edi.
Cukup sulit menemukan pemasok barang ramah lingkungan. (Edi Suprayetno)
Penerapan manajemen ramah lingkungan, kata Edi, tidak terlalu meningkatkan biaya operasional hotel. “Dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang terjadi tentu tidak sebanding,” kata Edi.
Secara pribadi dirinya mendukung langkah manajemen hotel untuk ramah lingkungan karena pengalamannya bekerja di dunia perhotelan di Gili, Lombok. “Banyak turis asing marah-marah karena menemukan plastik,” kata Edi. Turis justru menolak penggunaan plastik dan mengajak warga untuk memelihara lingkungan.
Kebanyakan tamu memahami kebijakan itu. Jika ada protes, kebanyakan adalah para tamu yang belum mengetahui pentingnya mengurangi plastik. “Biasanya yang berusia 40 tahun ke bawah paham,” kata Edi.
Direktor of Sales Harper Hotel Medan Debby Silvia Reni mengatakan tamu protes karena harus mengambil sendiri air minum di lorong. “Tapi tamu bisa meminta 2-3 pitcher supaya tidak bolak-balik dan bisa mengambil air sesuai kebutuhan. Itu memang komitmen kami untuk menjaga lingkungan,” kata Debby.
Debby mengatakan penerapan manajemen hijau itu lebih memungkinkan di hotel baru seperti Harper Wahid Hasyim-Medan yang baru dibuka Juli lalu dengan 89 kamar itu. Di hotel yang sudah lama beroperasi, perlu usaha untuk menerapkannya karena manajemen harus memutus pemasok barang dan beralih ke pemasok barang yang ramah lingkungan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut Denny S Wardana mengatakan berlahan hotel mulai menerapkan pelayanan hijau, namun masih bertahap karena ini juga menyangkut investasi dan kebijakan pemilik. Diakuinya, tidak mudah melakukan hal itu pada masyarakat yang belum sadar pentingnya mengurangi sampah plastik.
"Kebanyakan tamu hotel minta dilayani sehingga protes kalau diminta ambil minum sendiri," kata Denny. Apalagi, wisatawan di Medan masih didominasi wisatawan domestik. Kondisi itu berbeda pada masyarakat yang sudah paham.
Oleh karena itu, butuh dukungan pemerintah untuk mengkampanyekan dan mengedukasi pengurangan sampah plastik di daerah, sehingga penggunaan kemasan plastik bisa dikurangi. Sejauh ini belum ditemukan kampanye atau baliho pengurangan sampah plastik di Kota Medan.