Akibat Kemarau Panjang, Kunjungan Wisata di Purwakarta Masih di Bawah Target
Kunjungan wisatawan di sejumlah tempat wisata di Purwakarta, Jawa Barat, baru mencapai 60 persen atau 2 juta pengunjung dari total target 4 juta pada tahun ini.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Kunjungan wisatawan di sejumlah tempat wisata di Purwakarta, Jawa Barat, baru mencapai 60 persen atau 2 juta pengunjung dari total target 4 juta pada tahun ini. Efek kemarau panjang dinilai memengaruhi jumlah kedatangan wisatawan ke Purwakarta.
Tahun 2019, Pemkab Purwakarta menargetkan 4 juta wisatawan yang berkunjung ke Purwakarta. Target ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sekitar 2,3 juta wisatawan.
Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Wisata Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Purwakarta Acep Yuli M mengatakan, mayoritas wisata andalan yang dimiliki Purwakarta sangat bergantung terhadap kondisi cuaca. Tahun ini, musim kemarau datang lebih awal dan panjang ketimbang tahun lalu.
Hal itu menyebabkan air mancur Sri Baduga, sebagai obyek wisata andalan Purwakarta, ditutup sementara karena debit air di kolam berkurang. Biasanya, pertunjukan air mancur diadakan setiap Sabtu malam dan menjadi daya tarik wisatawan dari dalam dan luar Purwakarta. Setidaknya lebih dari 30.000 pengunjung memadati lokasi ini untuk menyaksikan atraksi air mancur sekaligus menikmati wisata kuliner di sepanjang Jalan KK Singawinata, Purwakarta.
Mayoritas tempat wisata yang menjadi magnet lainnya bagi pengunjung adalah wisata alam, antara lain Curug Tilu di Kecamatan Sukasari dan Curug Pamoyanan di Kecamatan Kiarapedes. Musim kemarau panjang membuat debit air di sana berkurang.
”Kami berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan kunjungan melalui promosi wisata. Keterlibatan masyarakat lokal diperlukan untuk membantu penyebaran informasi,” ucap Acep, Sabtu (26/10/2019).
Beberapa bulan lalu, sejumlah acara festival dan pawai budaya digelar di ruas jalan utama. Misalnya, Festival Budaya Nyi Pohaci dalam rangka Hari Jadi Ke-188 Purwakarta dan Kabupaten Purwakarta ke-51 pada 20 Juli 2019, memecahkan rekor pawai awug. Namun, tampaknya hal tersebut belum cukup berdampak terhadap peningkatan kunjungan.
Promosi digenjot
Berkurangnya jumlah wisatawan berpengaruh terhadap menurunnya omzet para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, yang biasa menjajakan dagangannya di sekitar tempat wisata. Apabila dimanfaatkan dengan baik, keunikan kuliner di tempat wisata dapat menjadi daya tarik dan alasan kenapa pengunjung rela datang.
Saat pertunjukan air mancur Sri Baduga dibuka, para pelaku usaha kuliner dan kesenian menggelar produknya di kanan-kiri jalan sejak pukul 19.00 hingga 23.00. Mereka menggunakan meja tinggi, gerobak, dan ikon produk kulinernya. Aneka kuliner khas daerah Purwakarta dijual, misalnya awug, surabi, sate maranggi, dan simping (makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras).
Berkurangnya jumlah wisatawan berpengaruh terhadap menurunnya omzet para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, yang biasa menjajakan dagangannya di sekitar tempat wisata.
Sebelumnya, Marketing Purwakarta Volcano Cheese Cake Arif Rahman mengatakan, adanya penutupan sementara itu membuat omzet lapaknya menurun hingga 50 persen. Biasanya ia mampu meraup omzet berkisar Rp 7 juta-Rp 9 juta per malam. Namun, sekarang turun menjadi Rp 3,5 juta-Rp 4,5 juta.
Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Purwakarta Karliati Juanda masih optimistis dapat menarik para pengunjung untuk datang ke Purwakarta dengan wisata kuliner pada Sabtu malam. Untuk tahap awal, pihaknya mengemas wisata kuliner malam agar memiliki nilai jual, misalnya menonjolkan produk khas Purwakarta yang paling banyak digemari. Kemudian, merombak tampilan lapak agar lebih menarik dan bersih.
”Diharapkan ke depan para pelaku usaha kuliner dan kerajinan tidak bergantung pada wisata di segala musim,” katanya.