Era Digital Menantang Kreativitas Pemuda Berkontribusi untuk Masyarakat
Kemajuan teknologi digital menantang anak muda untuk berinovasi. Pemuda diharapkan bisa mengambil momentum kemajuan teknologi untuk memberi kontribusi membangun masyarakat.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG KOMPAS – Kemajuan teknologi digital menantang anak muda untuk berinovasi. Pemuda diharapkan bisa mengambil momentum kemajuan teknologi untuk memberi kontribusi membangun masyarakat.
Dalam kegiatan Youth Innovation Summit 2019 di Bandung, Senin (28/10/2019), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan, kemajuan teknologi digital merubah kebiasaan masyarakat. Tidak hanya memberikan hal positif seperti komunikasi yang lebih cepat dan mudah, perubahan kebiasaan ini juga memberikan dampak seperti ketergantungan terhadap gawai dan media sosial.
Menyambut Hari Sumpah Pemuda, Kamil berujar, pemuda harus menjadi pelopor perubahan. Kemudahan yang diberikan teknologi digital bisa digunakan untuk berinovasi, seperti membuka peluang bisnis sehingga bisa memberdayakan masyarakat. Dia mengimbau pemuda untuk tidak terpengaruh dampak buruk sehingga menjadi beban bagi masyarakat.
“Teladan pemuda di era Sumpah Pemuda tahun 1928, patut ditiru pemuda masa kini dalam berinovasi seingga bisa bersaing global. Pemuda masa depan harus menjadi pelopor pembawa kemajuan, bukan pembawa beban,”tuturnya saat ditemui usai kegiatan.
Selain Kamil, kegiatan ini juga mendatangkan pengusaha-pengusaha muda yang dengan inovasi dan presetasi, seperti Abdul Madjid Alzindani (22) yang menjadi pengusaha properti termuda di Asia Tenggara dan Tubagus Wijaya (31), Pendiri Parfumgwe, yaitu parfum dengan inovasi menyesuaikan aroma sesuai karakter konsumen.
Selain itu, dalam kegiatan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memilih sembilan pemuda yang terpilih dalam Pemilihan Wirausaha Muda Pemula Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2019. Kesembilan pemuda ini dipilih berdasarkan tiga kategori, yaitu Bidang Kuliner, Bidang Pertanian, Perkebunan dan Peternakan dan Bidang Industri Kreatif.
Di hadapan ratusan pemuda yang berasal dari sekolah menengah, mahasiswa perguruan tinggi dan organisasi kepemudaan, Kamil menyatakan, yang dibutuhkan Jabar adalah pemuda yang berinovasi. Dia berharap, inovasi tersebut bisa membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dengan membuka lapangan pekerjaan.
Salah satu inovasi yang membuka lapangan pekerjaan adalah perusahaan parfum dari Tubagus Wijaya yang mampu menarik tenaga kerja hingga 120 orang, mulai dari produksi hingga penjualan digital. Selain itu, perusahaan ini membuka kesempatan untk menjadi distributor parfum tanpa harus membayar biaya tambahan.
Semuanya kami didik menjadi digital marketing. Setiap minggu ada pelatihan, baik daring maupun pertemuan seminggu sekali. Bahkan orang-orang yang tidak sepenuhnya paham digital akan kami ajari proses penjualannya, asalkan mereka mau belajar
“Semuanya kami didik menjadi digital marketing. Setiap minggu ada pelatihan, baik daring maupun pertemuan seminggu sekali. Bahkan orang-orang yang tidak sepenuhnya paham digital akan kami ajari proses penjualannya, asalkan mereka mau belajar,” ujarnya.
Tubagus melanjutkan, pemuda memiliki banyak ide produksi yang unik dan inovatif seperti dirinya. Namun, tidak semua orang bisa mengakses modal sehingga ide tersebut tidak bisa diwujudkan dalam bentuk produk. Dia berharap, pemerintah bisa menyediakan bagian yang bisa mengakomodir semua ide dan memberikan modal sehingga bisa menelurkan ide tersebut.
“Saya ingin Jabar seperti Silicon Valley, ide saja dibiayai. Kalau di sini, ide tidak bisa dijual untuk mendapatkan modal. Padahal, perusahaan rintisan sulit untuk dinilai dari cashflow atau laporan keuangan. Kami dinilai dari potensi pasar,” paparnya.