Elpiji 3 Kg Langka di Pontianak, Operasi Pasar Digelar
Dalam beberapa hari terakhir, gas elpiji 3 kilogram langka di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kelangkaan diduga karena penyaluran yang tidak tepat sasaran dan adanya masalah rantai distribusi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Dalam beberapa hari terakhir, gas elpiji 3 kilogram langka di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kelangkaan diduga karena penyaluran yang tidak tepat sasaran dan adanya masalah pada rantai distribusi.
Sales Branch Manager 1 PT Pertamina Kalbar Endo Eko Satryo, seusai pertemuan dengan Gubernur Kalbar Sutarmidji di Kantor Gubernur Kalbar, Jumat (1/11/2019) menuturkan untuk mengatasi kelangkaan elpiji 3 kg, Pertamina telah menggelar operasi pasar sejak Kamis (31/10). Operasi akan berlangsung hingga Sabtu (2/11).
“Operasi pasar digelar di pasar-pasar, misalnya di Pasar Dahlia, Pontianak Barat. Setiap kelurahan yang ada pasarnya dilakukan operasi pasar juga. Ada 10.000 tabung elpiji 3 kg yang dijual selama tiga hari operasi pasar,” ujar Endo.
Menurut dia, Pertamina sebetulnya telah mendistribusikan elpiji 3 kg rata-rata 21.480 tabung per hari ke seluruh kelurahan di Pontianak sesuai perhitungan permintaan masyarakat. Namun, angka itu sepekan terakhir kurang diduga karena pengaruh penutupan Jembatan Kapuas II untuk perbaikan beberapa waktu lalu.
Akibat penutupan jembatan, pengambilan elpiji di stasiun pengisian bahan bakar elpiji yang berada di Pontianak Utara, menyeberangi Sungai Kapuas, terhambat. “Karena penyaluran ke pangkalan agak terhambat, masyarakat agak panik karena melihat persediaan di penjual sering kosong. Biasanya hanya membeli satu tabung menjadi dua tabung sekali membeli. Ada faktor psikologis,” ujarnya.
Operasi pasar elpiji 3 kg yang digelar pun diserbu warga. Di daerah Pasar Dahlia, Pontianak, misalnya, Samiun (54), warga yang membeli elpiji mengatakan operasi pasar sangat membantu sebab elpiji 3 kg langka seminggu terakhir. Dalam beberapa hari ini ia mencari di beberapa pedagang eceran tidak ada. Kalau ada harganya mencapai Rp 25.00 per tabung. Sementara dalam operasi pasar harganya Rp 16.500 per tabung.
“Saya berharap pemerintah segera menyelesaikan permasalahan ini. Sesuaikan persediaan gas elpiji dengan kebutuhan masyarakat. Sebab, ini kebutuhan yang penting bagi masyarakat,” ujarnya.
Saya berharap pemerintah segera menyelesaikan permasalahan ini. (Samiun)
Hal yang sama dikeluhkan Rahimin (60), warga Pontianak lainnya yang membeli elpiji 3 kg operasi pasar. Ia juga kesulitan mencari elpiji 3 kg baik ke pedagang eceran maupun ke agen. “Saya pernah cari ke penjual eceran dan agen katanya gas habis. Saya berharap masalah kelangkaan elpiji 3 kg segera diatasi pemerintah,” ujarnya.
Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan kelangkaan elpiji 3 kg karena gangguan jembatan tidak masuk akal. “Yang namanya agen tentu punya gudang persediaan," kata Sutarmidji seusai pertemuan dengan Pertamina.
Ia mengindikasikan kelangkaan terjadi karena jatah elpiji untuk satu daerah dikirim ke daerah lain. Selain itu, Gubernur menduga ada permainan antara agen dengan pangkalan. Gas 3 kg didistribusikan ke rumah makan yang tidak layak menerima elpiji subsidi sampai puluhan tabung.
“Bayangkan kalau rumah makan menggunakan puluhan tahung elpiji 3 kg. Mungkin di restorannya tidak, tetapi harus dicek di tempat dia masak dan ditindak,” ujarnya.
Jaringan distribusi mulai dari agen, pangkalan hingga pengecer juga seharusnya dideteksi Pertamina. “Begitu di satu tempat langka, maka dicari pangkalannya. Mengapa langka dan ada apa. Harusnya seperti itu,” paparnya.
Sutarmidji meminta jajaran Pertamina Kalbar menindak tegas penyalur yang melanggar. Sanksi dapat berupa peringatan tertulis dan pengurangan kuota. Jika tidak digubris maka bisa dicabut izinnya.
Sales Area Manager PT Pertamina (Persero) Kalbar Weddy Surya Windrawan, menuturkan Pertamina akan menindaklanjuti arahan gubernur. Pertamina akan mengkaji lebih lanjut masukan gubernur. Namun, sejauh ini yang memicu kelangkaan adalah faktor peningkatan konsumsi.