Pelaku Usaha di Borobudur Wajib Kuasai Kemajuan Teknologi
Pelaku usaha di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, diminta mulai menerapkan kemajuan teknologi dalam menjalankan bisnisnya. Hal itu diyakini bisa mendukung penataan usaha yang lebih mudah, terencana, dan global.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pelaku usaha di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, diminta mulai menerapkan kemajuan teknologi dalam menjalankan bisnisnya. Hal itu diyakini bisa mendukung penataan usaha yang lebih mudah, terencana, dan global.
”Penguasaan teknologi informasi wajib dilakukan. Jika pelaku usaha enggan belajar, pamor Candi Borobudur sebagai obyek wisata yang sudah mendunia bisa kalah, tersaingi obyek wisata buatan yang baru beberapa bulan saja viral,” ujar Sekretaris Perusahaan Bank Jateng Djoko Sudiatmo dalam acara pertemuan bersama 25 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Kabupaten Magelang, di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngargogondo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/11/2019).
Hadir dalam kesempatan itu 25 pelaku usaha di sekitar Borobudur. Mereka tinggal dan menjalankan usahanya di desa-desa yang menjadi rute pelari dalam ajang Borobudur Marathon 2019.
Djoko mengatakan, salah satu bentuk perkembangan teknologi yang wajib dikuasai adalah pembayaran nontunai hingga aktif di media sosial. Keduanya sudah menjadi keseharian banyak orang, termasuk wisatawan. Menurut Djoko, Bank Jateng akan meminjamkan mesin electronic data capture (EDC) serta menerjunkan sejumlah personel yang akan membantu pelaku UMKM untuk menjalankan transaksi tersebut.
”Transaksi itu akan mulai dilaksanakan pada Festival Sinergi dan Harmoni di Candi Pawon, Kecamatan Borobudur, pada Sabtu (2/11/2019) serta saat pelaksanaan Borobudur Marathon pada Minggu (17/11/2019),” katanya.
Selain mendapat sesi penjualan digital, pelaku usaha juga dibekali ilmu tentang kesehatan sederhana. Regional Agency Development Executive Generali Indonesia Satya Sembiring mengatakan, pihaknya memberikan sesi konsultasi bagi pelaku UMKM. Tujuannya, agar kesehatan pelaku usaha tetap terjaga saat terlibat dalam ajang sebesar Borobudur Marathon.
Sunarto (55), produsen kuliner pempek di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, mengatakan, ikut meramaikan Borobudur Marathon membutuhkan stamina prima. Sebelumnya, pesanan pempek terbanyak yang pernah ia terima hanya 350 porsi. Saat Borobudur Marathon, ia ditargetkan membuat 500 porsi.
”Selain merekrut tenaga kerja tambahan, saya juga harus menjaga stamina karena kapasitas pesanan yang harus saya siapkan naik hampir dua kali lipat,” ujarnya.