logo Kompas.id
NusantaraTeater Tradisi Cupak-Gerantang...
Iklan

Teater Tradisi Cupak-Gerantang Menantang Kekinian

Bagi kaum milenial, menonton pertunjukan seni teater tradisional mungkin kurang menarik. Bahasa lokal, cerita ketinggalan jaman, hingga pertunjukan semalam suntuk, melengkapi nasib muram teater tradisional.

Oleh
KHAERUL ANWAR
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/BVeC6bZjKxHajnKpVD5-zb-ePLc=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F1a5afb2b-d180-45e1-a6a3-e3c13094bfce_jpg.jpg
KOMPAS/KHAERUL ANWAR

Denda Puspari, Putri Kerajaan Daha, menangis minta dipulangkan ke istana, setelah diculik dan jadikan sandera oleh Danawa. Ini bagian cerita Cupak-Gerantang, teater tradisi Suku Sasak, Lombok, yang dipentaskan di arena tertutup Taman Budaya Nusa Tenggara Barat, Sabtu (26/10/2019) di Mataram.

Bagi kaum milenial, menonton pertunjukan seni teater tradisional mungkin kurang menarik. Bahasa lokal yang kurang bisa dipahami, cerita yang ketinggalan jaman, hingga pertunjukan semalam suntuk, melengkapi nasib muram teater tradisional ditinggal penontonnya.

“Itulah persoalan yang membelit teater tradisional, termasuk di NTB. Oleh karena itu, kami mengemas cerita dengan konteks kekinian,” ujar Agus Wintarno, seniman NTB, Sabtu (26/10/2019) malam. Ia mengatakannya, usai pertunjukan teater bertajuk "Akal-Akalan Cupak", yang diangkat dari lakon Teater Tradisi Sasak Cupak-Gerantang, di Teater Tertutup Taman Budaya NTB.

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000