Pengemasan produk usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM menjadi salah satu kunci agar produk dikenal luas dan diminati. Namun, hal tersebut masih menjadi tantangan bagi UMKM di Jateng.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Pengemasan produk usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM menjadi salah satu kunci agar produk dikenal luas dan diminati. Namun, hal tersebut masih menjadi tantangan bagi UMKM-UMKM di Jateng, sehingga pendampingan perlu terus dilakukan.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Jateng, Ema Rachmawati, di Kota Semarang, Kamis (7/11/2019) mengatakan, kemampuan UMKM untuk mengemas produk hingga memiliki daya tarik lebih, menjadi tantangan. Salah satu kendala selama ini, para pelaku UMK belum bisa memanfaatkan teknologi yang ada.
“Kemasan masih menjadi pekerjaan rumah. Sebab, jangan sampai kita menjual hingga ke luar daerah, tetapi pengemasannya tidak bagus atau tidak menarik. Paling tidak, standarnya seperti yang ada di bandara. Kami dampingi agar mereka mampu mengemasnya dengan baik,” ujar dia.
Dalam setahun, kata Ema, pihaknya mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis kepada sekitar 8.000 UMKM di Jateng. Termasuk di dalamnya pelatihan digital online. Itu penting karena sebagian pelaku masih belum mampu memotret atau memasarkan dengan kalimat-kalimat berdaya tarik.
Kemasan masih menjadi pekerjaan rumah. Sebab, jangan sampai kita menjual hingga ke luar daerah, tetapi pengemasannya tidak bagus atau tidak menarik. Paling tidak, standarnya seperti yang ada di bandara. Kami dampingi agar mereka mampu mengemasnya dengan baik, ujar Ema
Ema menambahkan, saat ini pihaknya juga tengah menyiapkan co working space di UMKM Center Jateng, bekerja sama dengan Impala Space. “Nantinya, di setiap hari berbeda ada diskusi misalnya tentang literasi, branding, pemasaran dan lainnya. Ditargetkan beroperasi pada awal 2020,” katanya.
Bandel Sulistyo, pemilik usaha tahu bakso di Pandean Lamper, Kota Semarang, mengatakan, pelatihan mengenai pengemasan dan pemasaran penting untuk pengembangan usaha. Ia berharap pemberian pelatihan dapat lebih merata hingga para pelaku UMKM, melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
"Saat ini, saya memang lebih mengandalkan pembeli langganan. Namun, saya berharap agar usaha dapat lebih berkembang. Sayangnya, tidak semua LPMK berjalan sehingga akhirnya kami sendiri yang harus aktif mencari tahu pelatihan-pelatihan. Di era saat ini, penjualan online penting," kata Bandel.
Lilis (50), pemilik usaha yoghurt Maisya asal Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, mengatakan, pemasaran di media sosial penting untuk menjangkau pasar lebih luas. Selain itu, juga untuk menginformasikan berbagai keunggulan. Seperti produknya, yang menggunakan bahan baku serta cara produksi yang higienis.
Pemasaran luar Jawa
Apabila UMKM mampu memasarkan produknya dengan baik, lanjut Ema, maka akan berkesempatan untuk mengikuti pameran di luar Jawa, yang diadakan Pemprov Jateng. Seperti yang akan digelar di Palembang Indah Mal, Kota Palembang, Sumatera Selatan, 8-10 November 2019.
Ema mengatakan, Pameran Produk UMKM Jateng di Palembang akan diikuti 63 peserta. Lima dari Palembang, sedangkan sisanya dari Jateng. “Kami ingin memperkenalkan dan mempromosikan berbagai potensi produk unggulan Jateng hingga lintas daerah. Lebih penting lagi, ada pertemuan bisnis dalam pameran itu,” ujarnya.
Sejumlah produk Jateng yang akan dipamerkan antara lain makanan seperti abon dan wingko babat, pakaian batik, serta asesoris. Omzet ditargetkan minimal Rp 600 juta. Pada 2018, pameran serupa diadakan di Samarinda, Kalimantan Timur, yang menyedot antusiasme warga setempat, hingga menghasilkan omzet Rp 683 juta dalam tiga hari.