Wajah pesisir Kota Ambon, Maluku, yang membentang sepanjang lebih kurang 1 kilometer mulai dari kawasan Pelabuhan Yos Sudarso sampai pesisir Desa Batu Merah akan dirangkai menjadi pusat bisnis baru.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Wajah pesisir Kota Ambon, Maluku, yang membentang sepanjang lebih kurang 1 kilometer mulai dari kawasan Pelabuhan Yos Sudarso sampai pesisir Desa Batu Merah akan dirangkai menjadi pusat bisnis baru. Aktivitas pelabuhan, hotel, restoran, tempat hiburan, wisata, dan pasar tradisional berkonsep modern dibangun terintegrasi. Konsep mengubah wajah pesisir itu dikerjakan mulai tahun depan.
Demikian disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Djalaludin Salampessy, di Ambon, Kamis (7/11/2019). Menurut dia, paling lambat lima tahun ke depan, wajah kota berpenduduk 376.162 jiwa itu sudah berubah dan semakin menambah gairah pertumbuhan ekonomi setempat yang ditopang sektor jasa, perdagangan, dan pariwisata.
Infrastruktur akan mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Menurut Djalaludin, proyek besar itu sepenuhnya dikerjakan oleh pemerintah pusat melalui PT Pelabuhan Indonesia IV serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. ”Ini selaras dengan ambisi pemerintah pusat dalam membangun infrastruktur di kawasan timur Indonesia. Infrastruktur akan mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru,” katanya.
Di kawasan pelabuhan akan ditata tempat bongkar-muat, tempat berlabuh kapal penumpang, dan juga untuk kapal pesiar. Khusus tempat sandar kapal pesiar, akan dilengkapi fasilitas berstandar internasional. Hal itu mengingat Ambon sering disinggahi kapal jenis tersebut. Masih dalam areal pelabuhan, juga akan dibangun hotel terapung dan tempat hiburan.
Selanjutnya, dari kawasan pelabuhan, akan dibangun coastal road (jalan yang menyusuri garis pantai) yang menghubungkan dengan kawasan pasar tradisional berkonsep modern. Di sisi coastal road itu akan berdiri restoran. Sensasi yang ditawarkan adalah menikmati makanan laut di atas Teluk Ambon. ”Nantinya akan disewakan kepada pihak swasta untuk mengelolanya,” kata Djalaludin.
Lima lantai
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Ambon Enrico Matitaputty mengatakan, pasar tradisional berkonsep modern akan dibangun lima lantai. Pasar baru ini merevitalisasi Pasar Mardika, pasar tradisional terbesar di Ambon. Setiap lantai dibagi berdasarkan jenis barang yang dijual dengan fasilitas tangga eskalator. Anggaran yang disiapkan Rp 162 miliar.
Sebagai pasar berkonsep modern, setiap pedagang dilarang menimbun barang atau tinggal di tempat jualan. Pemerintah Kota Ambon akan membentuk sebuah lembaga untuk mengelola pasar tersebut. Sejauh ini, pengelolaan diambil alih oleh Dinas Perdagangan dan Dinas Pendapatan Daerah. ”Model kelembagaannya sedang dirancang. Bisa dalam bentuk perusahaan daerah,” kata Enrico.
Pembangunan pasar baru itu akan dimulai pada awal 2020 dan diperkirakan rampung dua tahun kemudian. Selama proses pembangunan, sekitar 2.000 pedagang yang ada di sana akan dipindahkan ke pasar-pasar kecil, seperti Air Kuning, Wainitu, Waeheru, Benteng, dan Ruma Tiga. Distribusi pedagang berdasarkan domisili. Bagi pedagang yang belum terakomodasi akan disiapkan pasar darurat di dekat pasar yang ada sekarang.
Menurut pantauan pada Kamis (7/11/2019), kondisi Pasar Mardika semrawut. Pasar itu dibelah Jalan Pantai Mardika. Pedagang yang berjualan di bahu jalan menyebabkan kemacetan sepanjang hari. Hampir setiap saat mulai pukul 07.30 hingga pukul 18.30, anggota satuan polisi pamong praja mensterilkan jalan itu dari pedagang. Terminal angkutan kota juga berada dalam kompleks pasar tersebut sehingga membuat kondisi pasar sangat padat.
Miun (53), pedagang di pasar, berharap konsep penataan pasar berkonsep modern tidak mempersulit pedagang menawarkan barang mereka. ”Sebaiknya jangan bertingkat-tingkat, nanti pembeli tidak mau naik ke atas. Pembagian lokasi jualan harus dibicarakan bersama pedagang,” katanya. Terkait rencana pembangunan, saat ini Pemerintah Kota Ambon gencar melakukan sosialisasi.