Dinosaurus Bantu Cirebon Cegah Potensi Wisatanya dari Kepunahan
Dinosaurus kini sedang mampir di Kota Cirebon, Jawa Barat. Hewan purbakala ini tidak hidup, apalagi menggigit. Tidak menyeramkan, cahaya warna-warni nan genit justru memancar dari tubuhnya saat malam tiba.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
Dinosaurus kini sedang mampir di Kota Cirebon, Jawa Barat. Hewan purbakala ini tidak hidup, apalagi menggigit. Tidak menyeramkan, cahaya warna-warni nan genit justru memancar dari tubuhnya saat malam tiba.
Inilah lampion dinosaurus. Lampion replika dinosaurus itu dapat dijumpai dalam Festival of Light di Grage City, Pegambiran, dekat jalan layang pantura menuju arah Jawa Tengah. Sabtu (9/11/2019) malam, kerlap-kerlip lampion menyinari tanah lapang seluas 1,9 hektar itu.
Di areal itu, tampak Camarasaurus yang berleher panjang dengan tinggi lebih dari lima meter. Tubuhnya berwarna hijau. Ada pula Triceratops, dinosaurus bercula dan bertanduk seperti badak dengan tubuh berwarna coklat. Tidak ketinggalan, ada Tyrannosaurus dengan gigi tajamnya. Kali ini, replika karnivora itu berwarna hijau dengan mata dan lidahnya merah menyala.
Jika di film Jurassic Park, orang-orang menghindar bahkan berlarian menjauh dari dinosaurus, kali ini pengunjung malah mendekati replika hewan purbakala tersebut. Mereka berfoto dengan tersenyum, tanpa ketakutan.
Selain dinosaurus, lampion berupa kelinci, anjing, hingga gajah juga menarik perhatian pengunjung. Suasana bawah air juga terasa ketika menyaksikan lampion buaya dan ikan hiu raksasa sepanjang lima meter. Bahkan, pengunjung dapat merasakan sensasi berada di dalam mulut ikan hiu yang terbuka lebar.
Selain berjumpa dengan aneka replika hewan bawah air dan purbakala, pengunjung juga dapat bermain komedi putar dan kora-kora. Ada pula wahana mengendarai mobil dengan mengayuh pedal seperti sepeda dan bermain ice skating.
“Ini pertama kali kami ke sini. Tempatnya ramah untuk anak-anak. Daripada ke mal atau supermarket, mending jalan-jalan ke sini,” kata Dwi Ayu Artantiani (28), warga Pegambiran yang datang bersama anaknya, Afiqa (2).
Festival of Light dibuka setiap pukul 17.00 – 22.00 sejak November 2019 dan akan berlangsung hingga Februari 2020. Tiket masuknya, tidak termasuk wahana, dipatok Rp 20.000 per orang untuk Senin – Kamis. Ketika akhir pekan dan hari libur, harganya menjadi Rp 25.000 per orang. Saat bertepatan dengan konser band ibu kota, seperti Minggu (10/11/2019) malam, harga tiket menjadi Rp 50.000 per orang.
Festival of Light pernah digelar pada Maret dan Oktober lalu. ”Antusias masyarakat cukup tinggi. Pernah dalam sehari, sebanyak 3.500 tiket terjual. Padahal, target kami hanya 1.000 tiket,” kata Yusup Anwar, Business Development Taman Pelangi, penyelenggara festival.
Festival serupa, katanya, sudah digelar hampir di seluruh daerah di pulau Jawa sejak 2003. Saat ini, festival tersebut juga hadir di Bandung, Tangerang, Yogyakarta dan berencana buka di Majalengka, tetangga Cirebon.
Sebelumnya, di sini jam 9 malam sudah sepi. Dengan festival, keramaian bisa sampai jam 11 malam
Cahyadi, Manager Estate Grage City, mengatakan, melalui festival itu, kawasan terpadu Grage yang terdiri dari perumahan, masjid, dan mal, tidak lagi sepi pada malam hari.
“Sebelumnya, di sini jam 9 malam sudah sepi. Dengan festival, keramaian bisa sampai jam 11 malam,” ujarnya.
Ratu Sukmayani, perwakilan Grage Group, menuturkan, Festival of Light digelar untuk memberikan alternatif destinasi wisata baru di Cirebon, khususnya malam hari. “Kami berharap, festival ini bisa menjadi ikon pariwisata di Cirebon karena selama ini wisatawan datang hanya untuk kuliner atau batik. Jadi, mereka enggak tinggal lama,” katanya.
Suhardianto, General Manager Hotel Santika Cirebon, menilai, minimnya event di Cirebon, terutama saat malam hari, membuat wisatawan enggan tinggal lebih lama. “Lama tinggal wisatawan di hotel paling hanya 1,5 hari. Mereka datang pagi dari Jakarta atau Bandung melalui tol. Di sini makan lalu ke keraton atau tempat batik. Setelah itu, pulang lagi,” paparnya.
Perjalanan dari Jakarta ke Cirebon via tol hanya butuh waktu empat jam dan kurang dari 3,5 jam jika menggunakan kereta api. “Sekitar 70 persen okupansi hotel di Cirebon berasal dari MICE (meeting, incentives, conferences, dan exhibitions), bukan pariwisata,” katanya.
Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati mengatakan, pihaknya serius menjadikan Cirebon sebagai kota wisata. Selain membenahi infrastruktur, seperti trotoar dan sampah, pihaknya telah membuat berbagai event saat Hari Jadi Cirebon beberapa waktu lalu.
“Saya juga tengah berkoordinasi dengan bupati Cirebon agar tidak ada dikotomi antara wilayah kota dan kabupaten dalam pariwisata. Semua diuntungkan,” ujarnya.
Tahun ini, pihaknya menargetkan 2 juta kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon. Tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan kurang dari 1,5 juta sedangkan Kabupaten Kuningan, tetangga Cirebon, sudah dikunjungi 4 juta wisatawan.
Kerja keras pemerintah dan swasta dalam mengembangkan pariwisata Kota Cirebon. Kalau perlu mendatangkan dinosaurus yang sudah lama punah. Kalau tanpa usaha mendatangkan wisatawan, bisa-bisa pariwisata Cirebon yang punah.