Penataan sejumlah kawasan bersejarah yang memiliki daya tarik wisata membuat industri mal dan hotel di Kota Semarang, Jawa Tengah, prospektif. Ini juga seiring upaya pemerintah kota yang terus menggenjot kunjungan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Penataan sejumlah kawasan bersejarah yang memiliki daya tarik wisata membuat industri mal dan hotel di Kota Semarang, Jawa Tengah, prospektif. Ini juga seiring upaya pemerintah kota yang terus menggenjot tingkat kunjungan wisatawan pada 2020.
Managing Director President Office Sinar Mas Land Dhony Rahajoe, di Kota Semarang, Selasa (19/11/2019), mengatakan, pihaknya fokus pada pengembangan DP Mal dan Rooms Inc Hotel di Semarang. Menurut dia, hal itu selaras dengan upaya pemda mengembangkan pariwisata.
”Jateng dan Semarang ini prospektif. Saat ini, kami fokus pada hospitality dan retail (mal). Kita tahu, Semarang memiliki kota tua (kawasan Kota Lama) yang terpelihara. Dengan peningkatan kunjungan wisatawan di kawasan itu, kami yakin akan memberi dampak pada omzet,” kata Dhony.
Director of Sales & Marketing Rooms Inc Hotel Verseveranda Vey menuturkan, ada peningkatan keterisian dari 2017 hingga 2019. Pada 2018, keterisian hotel sekitar 56 persen, sedangkan hingga November 2019 telah mencapai lebih dari 60 persen.
Pada 2020, ia menargetkan pasar baru, yakni wisatawan mancanegara, seiring dengan terbukanya aksesibilitas ke Kota Semarang. ”Dari Semarang ada penerbangan langsung ke Pangkalan Bun. Banyak pegiat lingkungan dan hewan seperti orangutan dari luar negeri yang ke Kalimantan. Kami menyasar itu,” katanya.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, pihaknya terus menggenjot pariwisata Kota Semarang. Sejauh ini ada peningkatan dari sekitar 2 juta wisatawan pada 2011 menjadi 5 juta wisatawan pada 2018. Adapun pada 2019 ditargetkan kunjungan wisatawan mencapai 7 juta orang.
Adapun pada 2019 ditargetkan kunjungan wisatawan mencapai 7 juta orang.
Revitalisasi Kota Lama
Salah satu upaya adalah dengan pengembangan kawasan Kota Lama yang didukung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Hingga akhir Oktober, kemajuan proyek tersebut sudah sekitar 95 persen, menyisakan pembuatan rumah pompa dan polder.
Menurut Hendrar, kawasan Kota Lama sebenarnya terdiri atas empat subsistem. ”Selain Little Netherland, juga Kampung Melayu, Kampung Arab, dan Pecinan. Pada 2020, kami tata juga Kampung Melayu, Arab, dan Pecinan sehingga akan semakin menarik bagi wisatawan,” katanya.
Pada 2019, Pemkot Semarang menargetkan pajak daerah dari hotel mencapai Rp 98,5 miliar dan hingga Oktober telah tercapai 90,5 persen. Untuk hiburan, ditargetkan Rp 30,5 miliar dan telah tercapai 91,3 persen. Sementara dari restoran sebesar Rp 175,2 miliar dan telah tercapai 78,3 persen.
Kepala Subbidang Penagihan Pajak Daerah II Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang Mulyo Cahyono mengatakan, Pemkot Semarang akan mengoptimalkan pajak daerah seiring pembangunan ke arah pariwisata. Diharapkan ada efek domino yang dihasilkan.
Upaya itu antara lain dengan penerapan pajak elektronik atau e-tax pada hotel, restoran, dan kafe. ”Pada 2020, seiring pemasangan alat tapping box e-tax, Pemkot Semarang menargetkan peningkatan penerimaan pajak hotel, restoran, dan hiburan berkisar 15-20 persen,” ujar Mulyo.